11/02/2015

Dasar-Dasar Membaca



MEMBACA
NAMA       : DWI PUTRA W.S.A.P
NIM           : 2101411102
MAKUL    : MEMBACA (Buku ajar : DASAR-DASAR MEMBACA)        


BAB II HAKIKAT MEMBACA

A.    Pengertian Membaca
·         Membaca yaitu suatu proses yang dilakukan serta di pergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa lain.
·         Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati).Selain itu membaca juga diartikan sebagai mengeja atau melafalkan apa yang tertulis merupakan meramal dan menduga.
Kridalaksana (1982:105) mengemukakan bahwa dalam kegiatan membaca melibatkan dua hal, yaitu pembaca yang berimplikasi adanya pemahaman dan (2) teks yang berimplikasi adanyapenulis.

Syafi’ie (1994:6-7) menyebutkan hakikat membaca adalah:
  1. Pengembangan keterampilan, mulai dari keterampilan memahami kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf dalam bacaan sampai dengan memahami secara kritis dan evaluatif keseluruhan isi bacaan. 
  2. Kegiatan visual, berupa serangkaian gerakan mata dalam mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman terhadap bacaan. 
  3. Kegiatan mengamati dan memahami kata-kata yang tertulis dan memberikan makna terhadap kata-kata tersebut berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dipunyai. 
  4. Suatu proses berpikir yang terjadi melalui proses mempersepsi dan memahami informasi serta memberikan makna terhadap bacaan. 
  5. Proses mengolah informasi oleh pembaca dengan menggunakan informasi dalam bacaan dan pengetahuan serta pengalaman yang telah dipunyai sebelumnya yang relevan dengan informasi tersebut. 
  6. Proses menghubungkan tulisan dengan bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. 
  7. Kemampuan mengantisipasi makna terhadap baris-baris dalam tulisan. Kegatan membaca bukan hanya kegiatan mekanis saja, melainkan merupakan kegiatan menangkap maksud dari kelompok-kelompok kata yang membawa makna.

B.     Tujuan Membaca

Tujuan umum membaca :
·         Untuk hiburan
·         Mencari dan memahami ilmu
·         Untuk studi,usaha dan kesenangan
Tujuan khusus membaca :
·         Membaca untuk menikmati karya sastra
·         Membaca untuk mengisi waktu luang
·         Membaca untuk mencari keterangan suatu yang ilmiah
Referensi dari internet
Tujuan umum membaca :
·         Untuk mendapatkan informasi
·         Memperoleh pemahaman
·         Memperoleh kesenangan
Tujuan khusus membaca :
·         Memperoleh informasi factual
·         Memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematic
·         Memberikan penilaian kritis terhadap karya tulis seseorang

C.    Manfaat Membaca

·         Untuk menambah kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa dan sintaksis
·         Mengajak seseorang untuk berintropeksi pertanyaan mengenai nilai,perasaan dan hubungan kita dengan orang lain
·         Untuk memicu imajinasi
Referensi dari internet :
·         Memperoleh banyak pengalaman hidup
·         Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa
·         Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia

D.    Aspek membaca

Aspek membaca dibagi menjadi 2 yaitu
·         Bersifat mekanis
·         Bersifat pemahaman
Dari referensi internet dibagi menjadi 2 yaitu
·         Membaca sebagai proses
·         Membaca sebagai produk
`           Didalam materi pengertian membaca lebih ditekankan pada proses yang didalamnya mengandung unsure pemahaman,serta mengelompokkan definisi membaca didasarkan kekomplekannya.Sedangkan pada referensi yang kami cari,pengertian membaca lebih ditekankan pada proses pengambilan pesan-pesan yang terkandung dalam bacaan.Untuk tujuan membaca didalam materi lebih melihat pada sudut pndang tujuan membaca berdasarkan kebutuhan,meliputi tujuan umum dan khusus.Sedangkan pada referensi sama mengenai tujuan umum dan khusus,tetapi ada perbedaan didalam kajian dan pembagiannya.Manfaat membaca didalam materi adalah guna kaedah yang diperoleh dari kegiatan membaca dan berbagai pengertian dari para ahli.Sedangkan dalam referensi lebih menekankan pada manfaat – manfaat umum.Aspek membaca di dalam materi tentang aspek keterampilan dan makanik serta konseptual sedankan dalam referensi aspek membaca lebih diutamakan mengenai proses dan produk membaca.
Membaca adalah prilaku seorang yang terpelajar untuk mencari ilmu, baik ilmu Politik maupun Teknologi, ataupun membaca di Tolololpedia
Membaca dapat digolongkan kepada penyakit ringan, karena membaca bisa membuat orang ketagihan dan bisa juga membuat lupa akan waktu
Beberapa orang yang mengaku-aku sebagai ilmuwan secara berlebihan membuat banyak sekali larangan membaca.
  • Jangan membaca ditempat gelap. Tentu saja, karena tidak akan terlihat apa yang anda baca.
  • Jangan membaca sambil tidur. Tentu saja, bagaimana mungkin anda bisa membaca sambil menutup mata?
  • Jangan membaca miring. Tidak ada yang bisa membantah bahwa kata miring sering tidak terlalu penting untuk dibaca.
  • Jangan membaca terlalu dekat. Tidak perlu dinyatakan, karena saat mata anda menempel dengan bacaan, anda tidak akan bisa lagi melihatnya.
  • Jangan membaca di WC atau tempat kotor apalagi di Tempat Pembuangan Sampah. Perhatikan bahwa tangan anda tidak bisa memegang bacaan karena sibuk menutup hidung.
Beberapa alasan muncul akibat pelarangan berlebihan ini. Namun bukti kuat diajukan, antara lain karena ilmuwan tersebut merasa bahwa terlalu banyak manusia di dunia yang sering membaca akan membuat mereka tersaingi. Tetapi alasan paling jelas bahwa para ilmuwan menganggap manusia lain di luar kelompok mereka adalah orang bodoh yang harus didikte dengan peraturan detail. Mereka dianggap sama sekali tidak memiliki otak untuk memikirkan logika pelarangan di atas. bacalah buku yang ada tulisanya jangan sekali-kali membaca buku yang tidak ada bacaanya... Tetapi para ilmuwan bersikeras hal-hal tersebut hanya tuduhan keji.

BAB III PENDEKATAN DAN TEORI MEMBACA

A.    Pendekatan

Yaitu tingkat asumsi mengenai pembelajaran bahasa.
Dibagi menjadi 3 :

·         Psikologi

Proses mental – kognitif
-          Proses perasaan/emosi
-          Tinjaun perkembangan pembaca
-          Perkembangan sensoris dan konseptual

·         Linguistik

Bacaan merupakan symbol tulis unsure linguistik
-          Ada juga kajian semantik dalam mengupas proses pemahaman.
Digunakan sebagai dasar dalam hal bacaan secara eksplisit

·         Keterampilan berbahasa

-          Keterampilan mekanik dan pemahaman
-          Unsurnya : pengalaman yang dimiliki pembaca

B.     Teori membaca

Berikut teori – teori membaca menurut para ahli :

Teori Membaca Button-Up (Button-Up Theory).

Menurut teori ini membaca dimulai dengan cara mengenal huruf dari sebuah kata, menganalkan kata dari sebuah kalimay lalu mengenalkan kalimat dari sebuah teks bacaan. salah satu model pendekatan memaca yang menggunakan teori ini adalah model Gough.
             Teori Membaca Top Down (Top Down Theory) .
Untuk mampu membaca menurut teori ini seseorang harus memiliki pengetahuan terlebih dahulu mengenai hal yang akan dibaca, jika tidak maka ia tidak bisa membaca suatu teks atau tulisan. untuk memahami suatu tulisan atau teks maka ada seorang pembaca harus mampu menguasai semantik, sintaktik dan graphophonik.
            Teori Membaca Interkatif atau Transaktif.
Membaca sebetulnya suatu proses sosial dimana ada sebuah interaksi antara si pembaca (reader) dengan isi tulisan yang ada pada sebuah teks atau buku. oleh sebab itu sebetulnya secara tidak langsung ada sebuah interaksi antara sipembaca dengan si penulis atau si pengarang sebuah buku. teori membaca, teori membaca secara umum, teori membaca top down, teori-teori membaca.

C.    Manfaat dan tujuan
·         Memberikan sumbangan pikiran dalam rangka mengembangkan ilmu membaca
·         Untuk menambah pembendaharaan buku membaca
·         Membantu orang yang sedang belajar membaca
·         Membantu orang yang sedang meningkatkan pemahaman membaca

BAB IV PROSES MEMBACA

A.    Proses Membaca

·         MEMBACA NYARING (oral reading ) Ialah : suatu kegiatan membaca , yang merupakan alat bagi pembaca, bersama orang lain, untuk menanggap isi yang berupa informasi , pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Dengan kata lain , membaca nyaring adalah: proses melisankan dengan menggunakan suara, intonasi, tekanan secara tepat , serta pemahaman makna bacaan oleh pembaca. membaca nyaring memiliki beberapa aspek :  Membaca dengan pikiran dan perasaan pengarangv  Memerlukan keterampilan menafsirkan lambang-lambang grafis.v  Memerlukan kecepatan pandangan matav  Memerlukan keterampilan membaca , terutama mengelompokkan kata secarav tepat.  Memerlukan pemahaman makna secara tepat.v Keterampilan membaca nyaring antara lain :
 o Penggunaan ucapan yang tepat
o Pemenggalan frase yang tepat
o Penggunaan lagu kalimat yang tepat
o Penguasaan tanda baca yang baik
o Penggunaan suara yang jelas
      o Penggunaan ekspresi yang tepat
      o Pengaturan kecepatan membaca
     o Pengaturan ketepatan membaca
     o Pemahaman bacaan
     o Kepercayaan diri Manfaat membaca nyaring antara lain :
1) Bisa memperoleh kesenangan dan memupuk keyakinan / percaya diri.
2) Bisa menanamkan disiplin
3) Bisa memperkaya daya khayal apabila dilakukan dalam membaca fiksi.
4) Bias mempertinggi pemahaman mengenai makna bacaan.
Dalam membaca nyaring, selain penglihatan dan ingatan,juga turut aktif auditory memory(ingatan pendengaran) dan motor memory (ingatan yang bersangkut paut dengan otot-otot kita).(Multon,197        0:15 dalam Tarigan 1979:23).

Ø  Aspek Membaca Nyaring

Membaca nyaring menurut Kamidjan (1996: 9-10) memiliki beberapa   aspek, yaitu :
a. Membaca dengan pikiran dan perasaan pengarang ;
b. Memerlukan keterampilan menafsirkan lambang-lambang grafis ;
c. Memerlukan kecepatan pandangan mata ;
d. Memerlukan ketrampilan membaca, terutama mengelompokkan 
              kata secara tepat ;
         e. Memerlukan pemahaman makna secara tepat.

Ketrampilan dalam Membaca Nyaring
Beberapa keterampilan yang diperlukan dalam membaca nyaring, antara lain :
a.       Penggunaan ucapan yang tepat ;
b.      Pemenggalan frasa yang tepat ;
c.       Penggunaan intonasi, nada, dan tekanan yang tepat ;
d.      Penguasaan tanda baca yang baik ;
e.       Penggunaan suara yang jelas ;
f.       Penggunaan ekspresi yang tepat ;
g.      Pengaturan kecepatan pembaca ;
h.      Pengaturan ketepatan pernafasan ;
i.        Pemahaman bacaan ;
j.        Pemilikan rasa percaya diri.

Ø  MEMBACA DALAM HATI Ialah : kegiatan membaca yang hanya menghandalkan kemampuan fisual , pemahaman, serta ingatan dalam menghadapi bacaan tanpa mengeluarkan suara / menggerak – gerakkan bibir. Ada 2 membaca dalam hati :
1. Membaca Ekstensif Yaitu : proses membaca yang dilakukan secara luas. Maksudnya = a. bahan – bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya.
b. wakyu yang digunakan cepat dan singkat Tujuan membaca Ekstensif ialah : sekedar memmahami isi yang penting pada bahan bacaan pada waktu yang cepat dan singkat. Jenis – jenis membaca Ekstensif :
a. Membaca survey ialah : kegiatan membaca yang bertujuan mengetahui gambaran umum mengenai isi dan ruang lingkup bahan bacaan.
b. Membaca sekilas ialah : membaca yang bertujuan untuk mencapai / mendapatkan informasi secara cepat .
Bila seseorang dapat membentuk knsep-konsep serta sikap-sikap pribadi, hal itu berarti dia telah memperluas kesatuan-kesatuan pikirannya serta memperoleh dasar pendapat.Dia akan menguasai cerita-cerita dan uraian-uraian sebagai suatu keseluruhan yang dalam kegiatan membaca nyaring kini hanya dapat memahami fragmen-fragmen yang lepas-lepas saja.Pada membaca dalam hati ini, anak mencapai kecepatan dalam pemahaman frase-frase, memperkaya kosa katanya,dan memperoleh keuntungandalam hal keakraban dengan sastra yang baik.Setelah membaca dalam hati, guru dapat menyuruh  murid mengutarakan apa yang telah ia baca, hal ini mempernudahkan pengujian pertumbuhan daya pemahaman apresiasi mereka.(Cole 1950:244-245).
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap anggota msyarakat akan membaca bahan-bahan sesuai dengan selera/pilihannya masing-masing, tanpa paksaan dari pihak lain.Membaca secara perseorangan menurut selera masing-masing ini disebut personalizing reading.Pengajaran  membaca perseorangan atau personalized reading  merupakan  suatu  pendekatan terhadap organisasi kelas.Berdasarkan konsep bahwa setiap anak, setiap orang harus tahu mencari sendiri,melangkah sendiri,maju sendiri,program membaca perseorangan ini  merupakan suatu bagian dari program keseluruhan yang mungkin mencakup program dasar, pengajaran perorangan dan pendekatan pengalaman bahasa.(Barbe and Abbott 1975:23).

B.     Jenis proses membaca

·         membaca sebagai proses sensoris

Apapun yang dapat kita katakan tentang membaca tidak dapat dipisahkan dari kenyataaan  bahwa awalnya, membaca merupakan proses sensoris. Isyarat dan rangsangan untuk kegiatan membaca itu masuk lewat telinga dan mata, sedangkan rangsangan huruf Braile masuk lewat syaraf-syaraf jari. Betapa pun cerdas , mantap, dan siap jiwanya seorang anak, tidaklah mungkin bisa belajar membaca jika dia tidak mampu mengenali rangsangan materi. Penjelasan tersebut tidak berarti bahwa anak-anak yang cacat tidak akan dapat belajar membaca. Anak-anak mempunyai alat kompensasi yang sangat banyak. Tidak  pula dapat dikatakan bahwa ketunanetraan dan ketunarunguan semata-matalah yang merupakan penyebab kegagalan membaca. Pernyataan  “membaca sebagai proses sensoris” tidaklah berarti bahwa membaca itu merupakan proses sensoris semata-mata.  Banyak hal yang terlibat dalam proses membaca itu, dan ketidakmampuan membaca bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang bisa bekerja sendiri-sendiri atatu secara serempak. Kepenatan, kegelisahan, kebimbangan, ketidak percayaan terhadap diri sendiri merupakan faktor-faktor yang sering kali berbaur dengan cacat yang diderita sehingga menyebabkan kegagalan.
Membaca itu dimulai dengan melihat. Stimulus masuk lewat indra penglihatan mata. Pada tingkat awal, anak menunjukkan kemampuan yang secara umum sekali disebut membaca. Pada saat  permulaan itu anak mulai sadar bahwa tanda dan lambang-lambang tentu menunjukkan nama atau benda. Kemudian mereka belajar bahwa jika lambang-lambang itu dirangkai, akan tersusunlah pembicaraan. Kapankah anak-anak itu siap untuk membaca buku? Dengan kata lain, kapankah penglihatannya itu siap?

·         Membaca sebagai suatu proses psikologis
Yang dimaksud dengan membaca sebagai proses psikologis yakni bahwa kesiapan dan kemampuan membaca seseorang itu dipengaruhi serta berkaitan erat dengan faktor-faktor yang bersifat psikis seperti motivasi, minat, latar belakang sosial ekonomi, sertaa oleh tingkat perkembangan dirinya, seperti intelegansi dan usia mental (mental age).
Membaca itu perkembangannya akan dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya psikologi pembaca, seperti intelegensi, usia mental, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, bahasa, ras, kepribadian, sikap, pertumbuhan fisik, kemampuan persepsi, tingkat kemampuan membaca. Di antara faktor-faktor tersebut menurut Harris (1970), bahwa faktor terpenting dalam masalah kesiapan membaca yaitu intelegensi umum.

·         Membaca sebagai proses Perseptual

Proses perseptual dalam membaca mempunyai kaitan yang erat dengan proses sensoris. Oleh karena itu kita harus waspada untuk tidak mempertukarkannya. Seperti halnya dalam proses sensoris, secara umum persepsi dimulai dari melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan meraba. Namun demikian dalam proses membaca cukup hanya memperhatikan kedua hal yang pertama, yakni melihat dan mendengar.
Vernon (1962) memberikan penjelasan bahwa proses perseptual dalam membaca itu terdiri atas empat bagian:
            · kesadaran akan rangsangan visual;
            · kesadaran akan persamaan pokok untuk mengadakan klasifikasi umum kata-kata;
            · klasifikasi lambang-lambang visual untuk kata yang ada di dalam kelas yang umum;
            · identifikasi kata-kata yang dilakukan dengan jalan menyebutkannya.
            Mengandung pengertian bahwa dalam membaca merupakan proses mengasosiasikan makna dan interpretasi berdasarkan pengalaman tentang stimulus atau lambang, serta respons yang menghubungkan makna dengan stimulus atau lambang tersebut. Membaca sebagai proses perkembangan mengandung arti bahwa membaca itu pada dasarnya merupakan suatu proses perkembangan yang terjadi sepanjang hayat seseorang. Kita tidak tahu kapan perkembangan mulai dan berakhir. Sedangkan proses membaca sebagai perkembangan keterampilan mengandung arti membaca merupakan sebuah keterampilan berbahasa (language skills) yang sifatnya objektif, bertahap, bisa digeneralisasikan, merupakan perkembangan konsep, pengenalan dan identifikasi, serta merupakan interpretasi mengenai informasi.

BAB V MODEL MEMBACA

A.    Pendekatan dalam Model Membaca

 Munculnya aberbagai model membaca di latar belakangi oleh pendekatan yaitu pendekatan taksonomik, psikologis lingustik, psikomotorik dan proses informasi.
         
1.            Pendekatan taksonomik

Dikembangkan oleh Gray. Berpendapat dalam proses membaca diperlukan empat ketrampilan yaitu :
a.       Mengenal kata
b.      Komprehensif
c.       Reaksi
d.      Asimilasi
                
2.            Pendekatan Psikologis

Terdiri dari 2 yaitu :
a.       Pendekatan behavioral dipelopori skinner th 1957.  berpendapat : keterampilan membaca merupakan hasil proses membaca yang diperoleh dari hubungan antara rangsangan dan reaksi. Dikenal dengan sebutan S – R, yaitu dengan stimulus dan respons. Untuk dapat terampil membaca, seseorang pembaca (siswa) haruslah dibiasakan untuk membaca. Tugas guru adalah memberikan tugas kepada siswa untuk membaca sesering mungkin sesuai dengan kemampuan siswa.
b.      Pendekatan kognitif dipelopori piaget. Berpendapat : tingkah laku manusia adalah proses aktivitas integratif yang terjadi dalam otak. Manusia merupakan makhluk pengumpul, pemilik dan pemakai informasi yang berpusat diotak. Menurut pandangan kognitif, membaca tidaklah sekedar memperoleh rangsangan simbol-simbol tertulis melalui mata, tetapi yang lebih penting adalah memproses rangsangan tersebut di dalam otak.

3.    Pendekatan Proses Informasi

Tokoh yang dikenal dalam pendekatan proses informasi adalah Smith. Ia menyatakan bahwa keterampilan membaca merupakan suatu proses informasi. Pendekatan ini berprinsip bahwa membaca adalah aktivitas komunikasi yang memungkinkan informasi di transformasikan dari penulis kepada pembaca.
Dalam proses membaca terjadi komunikasi yang tidak langsung antara penulis dan pembaca. Pesan penulis disampaikan dalam bentuk tulisan dengan beragam wujud.

4.      Pendekatan Psikomotorik

Pendekatan ini dikembangkan oleh Holmes dan Singer. Penerapan pendekatan ini dalam membaca digunakan untuk mengukur tingkat kenyaringan dan kecepatan baca yang dilakukan pembaca. Kenyaringan dan kecepatan baca diukur secara statistik dengan menggunakan analisis substrata.

5.      Pendekatan Linguistik.

Dikembangkan dalam dua periode.
a.       Periode pertama oleh bloomfield, fires, Lefevre.
Mengatakan bersama bahwa pengertian membaca adalah aktivitas bolak-balik rangsangan berupa tulisan yang kembali ke ujaran.
b.      Periode ke dua oleh Chomsley, Halle, Goodman dan Ruddell.
Pengamat teori ini mempunyai keyakinan bahwa siswa lahir telah memiliki sejumlah potensi yang memungkinkansiswa mengembangkan pola-pola bahasanya apabila kemungkinan untuk itu telah tiba. Terkait dengan itu tugas guru adalah melack atau mengkoordinasikan potensi yang telah dimiliki siswa agar berkembang dengan baik.

B.     Jenis Model Membaca

Model membaca
MMBA
    MMTB
MMAB
 



                                                                                                                       

1.      Model membaca bawah atas(MMBA)

Model membaca bawah atas ini merupakan model yang bertitik tolak pada pandangan bahwa yang mempunyai peran penting dalam kegiaatan atau poses membaca adalah struktr bacaan sedangkan struktur pengetahuan yang ada diotak mempunyai peran sampingan. Dalam model membaca ini pandangan sangat fokus untuk menangkap isi yang ada pada bacaan untuk kemudian di kelola didalam otak dan otak memahami apa yang dilihat oleh mata. Dengan model membaca ini pembaca harus fokuds kepada mata, karena mata amat sangat vital peranannya, tanpa mengurangi esensi yang ada pada otak kita, otak juga sangat berpengaruh tetapi bukan fokus utama.
Contoh bagan  model membaca bawah atas
Otak
Bacaan
mata
 






Dengan adanya model ini membaca pada dssarnya adalah menerjemhkan lambang grafik ke dalam lambang lisan sehingga bahasa tulis tunduk kepada aturan bahasa lisan. Maksudnya adalah pembaca mentransfer kembali simbol-simbol yang berbentik tulisan kedalam bentuk lisan.
Dalam membaca nyaring dapat digambarkan bagannya sebagai berikut:
Model membaca nyaring

Bacaan
Otak
Mulut
Mata
 


Model membaca nyaring hakekatnya sama dengan model membca dengan hati yang menjadi pembeda adlah model nyaring mrnggunakan mulut untik lebih memahami isi bacaan yang ada.
Model membaca fries
     Mata
  Bacaan
S
R
    Otak

 




Dalam MMBA modal ketrampilan yang harus dimiliki pembaca adalah ketrampilan untuk mengkonstruksikan antara lambang grafis dan bunyi. MMBA mengilhami kedlam metode pembelajaran membaca.
MMBA mempunyai keterbatasan, yaitu:
·         MMBA sangat tergantung pada peran mata. Jika mata dalam keadaan tidak baik mka model ini sngat tidak cocok. Disamping itu mata tidak selamanya dapat melihat bacaan secara cepat dan jelas.
·         MMBA hanya cocok untuk bacaan yang sulit dan belum dikenal.
·         MMBA memerlukan waktu baca yang relatif lama karena pembaca menelusuri seluruh unsur bacaan.

2.      Model membaca atas bawah (MMAB)

Model ini pada dasarnya berbanding terbalik dengan model MMBA , jika MMBA menfokuskan pada mata menjadi unsur yang primer dalam proses membaca maka model MMAB ini menfokuskan pemikiran otak. Pembaca mengelola atau mensurvei secara cepat isi dari bacaan dan kenudian membaca dengan pandangan yang fokus namun hnya mengambil yang intinya saja, dan sisanya dikelola diotak.
Contoh bagannya
Otak
Mata
Bacaan
 


                                                       Penafsiran
 




Dengan menggunakan MMAB pembaca membuat prediksi ( perkiraan ) terhadap bacaan yang dibacanya. Pembaca hanya melihat beberapa kata kunci yang ada dibacaan dan kemudian mengembangkannya diotak, setlah itu pembaca kembali ke bacaan untuk memastikan pikitan yang di daapatkannya dari bacaan.
Tugas mata dalam model ini hanya sekedar menyerap informasi visual dalam bentuk cahaya dan mengubahnya dalam bentik energi syaraf merambat melalui jutaan serabut syraf optik yang kemudian disamvungkan ke otak.

3.      Model membaca timbal balik (MMTB)

           Munculnya model ini karena metode MMBA dan MMAB tidak memuaskan. Kedua model itu menganggap bahwa membaca merupakan proses yang dilaksanakan secara linier. Model membaca kedua duanya itu terus berlanjut dan merupaka proses melihat dari awal sampai akhir. Lalu kemudian muncul model  yang menggabungkan antara model dua diatas.

Contoh bagan model timbal balik
Sematik
Sintaksissss
 Ortografis
     Leksikon
Informasi
Tranformasi
Informasi
  Transformasi
      Sudah di tranformasi
 









BAB VI JENIS MEMBACA

A.    Jenis Membaca

·         MEMBACA DALAM HATI Ialah : kegiatan membaca yang hanya menghandalkan kemampuan fisual , pemahaman, serta ingatan dalam menghadapi bacaan tanpa mengeluarkan suara / menggerak – gerakkan bibir. Ada 2 membaca dalam hati :
1. Membaca Ekstensif Yaitu : proses membaca yang dilakukan secara luas. Maksudnya = a. bahan – bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya.
b. wakyu yang digunakan cepat dan singkat Tujuan membaca Ekstensif ialah : sekedar memmahami isi yang penting pada bahan bacaan pada waktu yang cepat dan singkat. Jenis – jenis membaca Ekstensif :
a. Membaca survey ialah : kegiatan membaca yang bertujuan mengetahui gambaran umum mengenai isi dan ruang lingkup bahan bacaan.
b. Membaca sekilas ialah : membaca yang bertujuan untuk mencapai / mendapatkan informasi secara cepat .
Bila seseorang dapat membentuk knsep-konsep serta sikap-sikap pribadi, hal itu berarti dia telah memperluas kesatuan-kesatuan pikirannya serta memperoleh dasar pendapat.Dia akan menguasai cerita-cerita dan uraian-uraian sebagai suatu keseluruhan yang dalam kegiatan membaca nyaring kini hanya dapat memahami fragmen-fragmen yang lepas-lepas saja.Pada membaca dalam hati ini, anak mencapai kecepatan dalam pemahaman frase-frase, memperkaya kosa katanya,dan memperoleh keuntungandalam hal keakraban dengan sastra yang baik.Setelah membaca dalam hati, guru dapat menyuruh  murid mengutarakan apa yang telah ia baca, hal ini mempernudahkan pengujian pertumbuhan daya pemahaman apresiasi mereka.(Cole 1950:244-245).
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap anggota msyarakat akan membaca bahan-bahan sesuai dengan selera/pilihannya masing-masing, tanpa paksaan dari pihak lain.Membaca secara perseorangan menurut selera masing-masing ini disebut personalizing reading.Pengajaran  membaca perseorangan atau personalized reading  merupakan  suatu  pendekatan terhadap organisasi kelas.Berdasarkan konsep bahwa setiap anak, setiap orang harus tahu mencari sendiri,melangkah sendiri,maju sendiri,program membaca perseorangan ini  merupakan suatu bagian dari program keseluruhan yang mungkin mencakup program dasar, pengajaran perorangan dan pendekatan pengalaman bahasa.(Barbe and Abbott 1975:23).

·         MEMBACA NYARING (oral reading ) Ialah : suatu kegiatan membaca , yang merupakan alat bagi pembaca, bersama orang lain, untuk menanggap isi yang berupa informasi , pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Dengan kata lain , membaca nyaring adalah: proses melisankan dengan menggunakan suara, intonasi, tekanan secara tepat , serta pemahaman makna bacaan oleh pembaca. membaca nyaring memiliki beberapa aspek :  Membaca dengan pikiran dan perasaan pengarangv  Memerlukan keterampilan menafsirkan lambang-lambang grafis.v  Memerlukan kecepatan pandangan matav  Memerlukan keterampilan membaca , terutama mengelompokkan kata secarav tepat.

·         Aspek Membaca Nyaring :

Membaca nyaring menurut Kamidjan (1996: 9-10) memiliki beberapa   aspek, yaitu :
a. Membaca dengan pikiran dan perasaan pengarang ;
b. Memerlukan keterampilan menafsirkan lambang-lambang grafis ;
c. Memerlukan kecepatan pandangan mata ;
d. Memerlukan ketrampilan membaca, terutama mengelompokkan 
      kata secara tepat ;
 e. Memerlukan pemahaman makna secara tepat.

B.     Membaca Intensif dan Ekstensif

·         Membaca Intensif
Pengertian
Menurut Tarigan membaca intensif adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang di laksanakan di dalam kelas terhadap suatu bacaan (tugas) yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari.
Menurut Suyatmi dan Mujiyanto membaca intensif adalah suatu aktifitas membaca yang sangat membutuhkan kecermatan dan ketajaman pikir, merupakan kunci memperoleh ilmu pengetahuan.
Menurut Haryadi membaca intensif adalah membaca secara teliti untuk memahami secara mendalam makna bacaan yang di gunakan untuk keperluan studi.
Menurut Saya membaca intensif adalah kegiatan membaca dimana kita membaca bacaan secara teliti dan menyeluruh untuk mendapatkan sesuatu hal yang kita cari dalam suatu bacaan tersebut.
Kesimpulannya Membaca intensif ialah kegiatan membaca secara teliti dengan tujuan memahami keseluruhan isi bacaan, baik yang tersirat maupun yang tersurat.

Ciri-ciri membaca intensif:
Menurut tarigan:
·         Studi seksama
·         Telaah teliti
·         Penanganan terperinci
·         Bacaan teks tergolong pendek (2-4 halaman)
·         Dilakukan setiap hari
Menurut Suyatmi dan Mujiyanto:
·         Membutuhkan kecermatan dalam berfikir
·         Membutuhkan ketajaman dalam berfikir
Menurut Haryadi:
·         Membaca dalam hati
·         Melibatkan suatu ketrampilan
Ciri umum:
·         Membaca teliti
·         Studi seksama
·         Telaah teliti
·         Penanganan terperinci
·         Bacaan teks tergolong pendek
·         Melibatkan suatu ketrampilan
·         Di laksanakan setiap hari
·         Menggunakan teknik

Langkah-langkah Membaca Intensif
·         Pembaca menentukan tujuan membaca intensif
·         Pembaca melaksakan pembacaan keseluruhan secara sangat cermat
·         Pembaca melaksakan pembacaan secara agak cepat dan cukup kritis sebagai usaha preview
·         Pembaca melaksakan self resitasi
·         Pembaca memahami paragraf pendahuluan mengenai maksut penulis, kemudian mencari paragraf penutup yang berisi penjelasan terhadap maksut tersebut.
·         Pembaca memperhatikan baik-baik cara pengarang dalam menentukan ruang lingkup pembicaraan serta meletakkan tekanan pada infornasi yang menunjang maksutnya.
·         Pembaca memperhatikan secara seksama organisasi karangan
·         Pembaca mencari maksut pengarang, baik yang tersurat maupun yang tersirat di dalam wacana. Kita gali tema bacaan, persoalan pokok dan detail-detailnya.

Karakteristik dalam membaca intensif:

1.      Membaca dengan penuh dengan ketelitian dan mendetail
2.      Memerlukan waktu yang lama
3.      Membaca kata perkata dengan tidak melewatkan setiap kata yang ada
4.      Biasa dilakukan dengan membaca dalam hati
5.      Dilakukan pada saat membaca bacaan yang baru di ketahui dan materi yang baru dijumpai makanya membutuhkan waktu yang lebih lama.
6.      Memahami seluruh isi bacaan
Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca intensif adalah kegiatan membaca secara teliti dengan tujuan memahami seluruh isi bacaan baik yang tersirat maupun yang tidak.
Membaca intensif dibagi dua jenis ,yaitu telaah isi dan telaah bahasa .

·         Membaca Ekstensif

Pengertian
Menurut tarigan Membaca ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting dengan cepat.membaca ekstensif adalah membaca untuk memahami hal-hal penting dengan cepat sehingga membaca cara efisien dapat terlaksana.
Membaca ekstensif adalah membaca untuk kesenangan dengan penekanan pada pemahaman umum. Dalam program membaca ekstensif seseorang dituntut untuk dapat mengakses sebanyak mungkin judul buku/artikel/berita dengan topik-topik yang sudah populer. Dalam program membaca ekstensif kemampuan dan kemauan membaca seseorang diamati secara teratur baik dengan catatan formal maupun tidak formal oleh pembaca sendiri.
Ciri-ciri membaca ekstensif:
·         Teks yang di baca lebih luas dan cepat
·         Waktu yang di gunakan singkat
·         Membaca secara sekilas
·         Bertujuan untuk mendapatkan pokok-pokok bahasa
·         Memperhatikan tujuan
·         Di sesuaikan bahan bacaan
Di lihat dari segi waktu, membaca ekstensif relatif lebih hemat karena pembaca cukup membaca obyek secara sekilas, bukan kata per kata, kalimat per kalimat, ataupun paragraf per paragraf, tetapi menatap penuh bacaan untuk mencari bagian mana yang di butuhkan dari bacaan.Dari segi tujuan, kegiatan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi atau hal-hal penting dengan cepat. Sebelum memulai membaca, biasanya pembaca akan melakukan terlebih dahulu apa-apa yang akan di bacanya. Pembaca menyurvei bagian pelajaran yang akan kita pelajari,yang akan di telaah, dengan jalan:
·         Memeriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku-buku
·         Melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku yag bersangkutan
·         Memeriksa, meneliti bagan, skema,outline buku yang bersangkutan
Membaca ekstensif dilakukan dalam rangka menumbuhkan kesenangan dan kemauan membaca beragam wacana tulis dalam bahasa target (bahasa yang sedang dipelajari). Dengan membaca ekstensif seseorang dapat meningkatkan kemampuan dan minat bacanya.
Membaca ekstensif memiliki beberapa karakteristik yang meliputi
:
1) membaca sebanyak mungkin wacana tulis (dilakukan di luar kelas),
2) topik dan bentuk wacana yang dibaca bervariasi,
3) pembaca memilih apa yang ingin dibaca (memperhatikan minat),
4) tujuan membaca berkaitan dengan kesenangan, memperkaya informasi, dan
              pemahaman umum terhadap isi teks/wacana,
5) dalam membaca ekstensif akan terjadi penguatan diri sendiri
            6) pembaca membuat jurnal apa yang telah dibaca dan bagaimana komentar terhadap
             yang dibaca,
7) bersifat individual dan bersifat membaca senyap,
8) Aspek kebahasaan tidak menjadi penghalang pemahaman (bacaan dipilih,
9) kecepatan membaca cukup (tidak cepat dan tidak lambat),
10) menggunakan teks yang tidak terlalu sulit (hanya satu dua kata yang sulit,
11) pembaca tidak diberi tes sesudah membaca (pembaca hanya memberikan respons
              personal/komentar terhadap apa yang dibaca),
12) membaca ekstensif membantu pembaca untuk mengenali beberapa fungsi teks dan
              cara pengorganisasian teks.
Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas. Luas berarti:
(1) bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya;
(2) waktu yang digunakan cepat dan singkat.
Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar memahami isi yang penting dari bahan bacaan dengan waktu yang cepat dan singkat.
Membaca ekstensif secara umum bisa di sebut membaca cepat. Membaca cepat adalah kemampuan memebaca dengan memperhatikan dan tujuan membaca. Menurut Soedarso membaca cepat adalah kemampuan membaca dengan kecepatan yang sama, kecepatan membaca harus fleksibel, Artinya kecepatan itu tidak harus sama, dakalanya melambat karena bahan dan tujuan kita.
Membaca dengan kecepatan optimal dan memahami teks yang dibaca, itulah konsep membaca cepat. Banyak manfaat membaca cepat, antara lain:
1) banyak informasi penting dapat diserap dalam waktu yang cepat,
2) membaca memperluas wawasan,
3) membaca cepat meningkatkan kemahiran berbahasa yang lain,
4) membaca cepat membantu Anda menghadapi ujian/tes,
            5) membaca cepat meningkatkan pemahaman terhadap teks yang dibaca.
Menurut Soedarso hal-hal yang menghambat membaca cepat adalah:
·         Vokalisasi
·         Gerakan bibir
·         Gerakan kepala
·         Menunjuk dengan jari
·         Regresi
·         Subvokalisasi
Menurut Nurhadi hambatan membaca cepat antara lain:
·         Menyuarakan apa yang di baca
·         Membaca kata demi kata
·         Membantu melihat atau menelusuri baris-baris bacaan dengan alat- alat tertentu
·         Menggerak-gerakan kaki atau anggota tubuh yang lain
·         Konsentrasi berfikir terpecah dengan hal lain di luar bacaan
·         Bergumam-gumam atau bersenandung
·         Kebiasaan berhenti lama di awal kalimat, paragraf, sub-sub bab, bahkan di tengah-tengah kalimat
·         Kebiasaan mengulang-ulang unit bacaan yang telah di baca.
Menurut Harjasujana hal pokok yang dapat mempengaruhi proses pemahaman sebuah wacana antara lain:
·         Latar belakang pengalaman
·         Kemampuan berbahasa
·         Kemampuan berfikir
·         Tujuan membaca
·         Berbagai afeksi seperti motivasi, sikap, minat, keyakinan, dan perasaan.

C.    Membaca teliti,Pemahaman,Kritis,dan Kreatif

·         Membaca teliti
Membaca teliti merupakan membaca yang dilakukan secara seksama.
Menurut saya membaca teliti adalah membaca yang di lakukan secara teliti dan dilakukan secara pelan-pelan namun menyeluruh.
Membaca teliti harus mempunyai ketrampilan, diantaranya adalah sebagai berikut:
Survei cepat untuk melihat organisasi dan pendekatan umum
Membaca seksama dan membaca ulang paragraf untuk menentukan kalimat judul dan perincian-perincian penting
Penemuan hubungan paragraf dengan keseluruhan tulisan membaca teliti mencakup membaca paragraf dengan pengertian, membaca pilihan yang lebih panjang, membuat catatan, dan menelaah tugas.

·         Membaca pemahaman
Membaca pemahaman merupakan membaca yang di lakukan secara cermat yang di gunakan untuk memperoleh pemahaman (sepenuhnya) atas suatu bahan bacaan.pembaca mengenal, menangkap, dan memahami informasi-informasi yang terdapat dalam bacaan secara tersurat (eksplisit).
Membaca pemahaman adalah jenis membaca yang bertujuan untuk memahami tentang standart-standart atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, dan pola-pola fiksi. Membaca pemahan merupakan suatu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah memahami bacaan secara tepat dan cepat. Sejumlah aspek yang perlu diperlukan pembaca dalam membaca pemahaman adalah:
(a) memiliki kosa kata yang banyak
(b) memiliki kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan wacana
(c) memiliki kemampuan menangkap ide pokok dan ide penunjang
(d) memiliki kemampuan menangkap garis besar dan rincian
(e) memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaa
n
Menurut Ferr dan Roser yang dapat di lakukan pembicara dengan menggunakan teknik ini ada dua, yaitu:
-          Pembaca memahami organisasi, hubungan ide-ide bawahan dan ide-ide utama
-          Pembaca merangkaikan informasi yang baru diperoleh ke dalam suatu kerangka yang telah ada.

·         Membaca kritis
Membaca kritis adalah jenis membaca yang di lakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluasi, analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan penulis.
Nurhadi  menguraikan aspek-aspek membaca kritis yang dikaitkan dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom, sebagai berikut ini.

1.Kemampuan mengingat dan mengenali ditandai dengan:
(a) mengenali ide pokok paragraf
(b) mengenali tokoh cerita dan sifatnya
(c) menyatakan kembali ide pokok paragraf
(d) menyatakan kembali fakta bacaan
(e) menyatakan kembali fakta perbandingan, hubungan sebab-akibat, karakter tokoh, dll
.

2. Kemampuan menginterpretasi makna tersirat ditandai dengan:
(a) menafsirkan ide pokok paragraf
(b) menafsirkan gagasan utama bacaan
(c) membedakan fakta/detail bacaan
(d) menafsirkan ide-ide penunjang
(e) memahami secara kritis hubungan sebab akibat
(f) memahami secara kritis unsur-unsur pebandingan.

3. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep ditandati dengan:
(a) mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan
(b) menerapkan konsep-konsep/gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yan
g
problematis
(c) menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi.
4        Kemampuan menganalisis ditandai dengan:
(a) memeriksa gagasan utama bacaan
(b) memeriksa detail/fakta penunjang
(c) mengklasifikasikan fakta-fakta
(d) membandingkan antar gagasan yang ada dalam bacaan
(e) membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.
5.  Kemampuan membuat sintesis ditandai dengan:
(a) membuat simpulan bacaan
(b) mengorganisasikan gagasan utama bacaan
(c) menentukan tema bacaan
(d) menyusun kerangka bacaan
(e) menghubungkan data sehingga diperoleh kesimpulan
(f) membuat ringkasan.
6. Kemampuan menilai isi bacaan ditandai dengan:
(a) menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara keseluruhan
(b) menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini
(c) menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas atau fantasi
pengarang
(d) menentukan relevansi antara tujuan dan pengembangan gagasan
(e) menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan yang
dibuat
(f) menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frasa, atau
penyusunan kalimatnya.

·         Membaca Ide atau Kreatif

Membaca ide adalah kegiatan pembaca yang ingin mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat dalam bacaan. Pembaca ide akan dapat mencari, menemukan, erta mendapatkan keuntungan dari ide-ide yang terkandung dalam bahan bacaan, jika ia mampu dan benar-benar terampil menangkap ide-ide yang terkandung di dalam bahan bacaan tersebut.
Menurut Tarigan membaca ide adalah kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut dari suatu bacaan:
·                Mengapa hal itu merupakan judul atau topik yang baik
·                Masalah apa saja yang di kupas atau di bentangkan dalam bacaan tersebut
·                Hal-hal apa yang di pelajari dan di lakukan oleh sang tokoh.

D.    Membaca Survai,Sekilas,dan Dangkal

·         Membaca Survei

Membaca survai adalah kegiatan membaca untuk mengetahui secara sekilas terhadap bahan bacaan yang akan di baca secara mendalam.Membaca survei adalah meninjau, meneliti, mengkaji, dan cara membaca bagian-bagian tertentu dari sebuah buku. Bagian-bagian buku yang di survei adalah bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal yang di survei meliputi halaman judul, kata pengarang, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan abstraksi (bila ada). Pada halaman judul yang di survei adalah judul buku, pengarang, penerbit tempat terbit, dan tahun terbit. Bagian isi yang di survei adalah judul tiap bab, subjudul, bagan, diagram, grafik, dan tabel (bila ada). Bagian akhir buku yang di survei meliputi simpulan, daftar pustaka, dan indeks (bila ada).

·         Membaca Sekilas

Membaca sekilas di istilahkan dengan skimming. Sebenarnya pengertian dasar skimming adalah terbang halaman demi halaman atau menjelajahi halaman demi halaman bacaan secara cepat. Berdasarkan pengertian tersebut skimming adalah teknik membaca dengan menjelajahi atau menyapu bacaan dengan cepat untuk memahami atau menemukan hal-hal yang penting. Membaca sekilas adalah kegiatan membaca dengan mengandalkan kecepatan gerak mata dalam melihat dan memperhatikan bahan tertulis yang di bacanyadengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara cepat.
Membaca sekilas atau Skimming dilakukan dengan cara membaca judul bab, sub bab, dan beberapa alinea pertama dalam setiap bab-nya. Jika buku tersebut memuat kesimpulan dalam tiap bab, maka Anda dapat pula membaca sekilas ringkasan tadi.
Fungsi membaca sekilas atau skimming adalah mendapatkan ide utama tentang topik bacaan, bukan detailnya. Jadi skimming dapat dikatakan berhasil jika Anda bisa mendapatkan ide pokok dan bisa membayangkan apa yang dibahas dalam keseluruhan isi buku secara umum.
Proses skimming ini sangat berharga sebelum Anda membaca secara mendalam halaman demi halaman. Dengan skimming Anda mempersiapkan otak untuk menghadapi bahan bacaan yang sesungguhnya. Selain itu skimming juga berguna menciptakan rasa ingin tahu, memastikan apakah buku yang akan dibaca sesuai dengan yang diharapkan, dan mendapatkan pokok cerita.Selain untuk melakukan pembacaan sekilas, skimming juga berguna dalam banyak proses membaca lainnya. Adapun beberapa alasan mengapa skimming dapat dilakukan tanpa harus terlalu khawatir kehilangan makna adalah:
  • Kebanyakan kalimat hanya memiliki beberapa kata penting yang menjadi pembentuk strukturnya. Dengan menghilangkan kata-kata lain yang tidak terlalu penting, maka makna kalimat sudah dapat ditangkap tanpa harus kehilangan makna sesungguhnya. Pada kesempatan yang akan datang saya akan membahas hal ini yang dikenal pula dengan nama telegraphic reading.
  • Dalam bahan bacaan yang cukup tebal, tidak semua bagian memiliki tingkat kesulitan yang sama. Ada bagian tertentu yang memang relatif lebih ringan dan mudah dipahami dibandingkan dengan bagian yang lain. Bagian yang ringan dapat dibaca dengan sangat cepat lewat skimming sedangkan bagian yang lebih sulit dibaca secara lebih lengkap dan teliti.
  • Ada kata-kata tertentu yang sangat penting dan berperan dalam membentuk struktur kalimat yakni subjek dan predikat. Masing ingat pelajaran bahasa Indonesia dulu? Subjek-Predikat-Objek-Keterangan (SPOK)? Dengan menguasai struktur kalimat dalam bahan bacaan dan menguasai terutama Subjek dan Predikat, maka inti bacaan sudah dapat dikenali. Karena itu, berfokuslah pada kata benda dan kata kerja. Selain itu, kuasai pula kata-kata penghubung yang bisa mengubah makna kalimat secara nyata jika kata-kata tersebut dihilangkan. Kata-kata tersebut antara lain: tidak, bukan, meskipun, akan tetapi, sebaliknya, pada sisi yang lain, dst.
Bagian-bagian penting yang perlu diperhatikan ketika melakukan skimming:
  • Baca cover atau jacket buku yang biasanya menjelaskan tema besar buku tersebut dan mengapa buku tersebut penting buat Anda
  • Baca kata pengantar. Banyak orang malas membaca pengantar karena dianggap basa-basi. Hal tersebut keliru. Kata pengantar seringkali sangat penting karena penulis biasanya menjelaskan proses penulisan buku tersebut dari awal sampai selesai serta pendekatan yang digunakannya. Dari kata pengantar Anda bisa mendapat gambaran apakah buku yang sedang dipegang memang layak untuk dibaca sampai selesai atau sebenarnya tidak penting buat Anda. Bagian yang berupa ucapan terima kasih, penghargaan dan sejenisnya bisa dilewatkan.
  • Baca daftar isi. Ya, banyak orang juga melewati bagian ini dan langsung melompat ke bab pertama. Ingat, daftar isi memberi gambaran struktur pembahasan dalam buku. Ini akan membantu Anda menguasai bahan bacaan dalam konteks yang besar dan lengkap. Selain itu, tidak setiap bab penting untuk dibaca. Ada bab-bab yang bisa jadi sudah Anda pahami dari buku-buku yang pernah dibaca sebelumnya sehingga bisa dilewatkan atau dibaca sekilas saja. Energi yang lebih besar nantinya dapat difokuskan pada informasi baru yang memang perlu Anda kuasai dari bahan bacaan tersebut.
  • Baca judul bab, sub judul dan heading. Amati diagram, gambar dan keterangan tambahan. Secara cepat baca setiap halaman hanya 1-2 detik saja. Baca judul bab, sub judul, heading serta amati secara singkat gambar atau diagram yang menjadi penjelas bab tersebut. Dapatkan ide pokok hanya dari judul tadi. Ingat, Anda juga telah menguasai struktur penulisan ketika mempelajari daftar isi sebelumnya.
Metode yang digunakan dalam melatihkan membaca cepat adalah :
    (a) metode kosakata; metode yang berusaha untuk menambah kosakata.
    (b) Metode motivasi; metode yang berusaha memotivasi pembaca(pemula) yang mengalami hambatan.
    (c) Metode gerak mata; metode yang mengembangkan kecepatan membaca dengan menigkatkan kecepatan gerak mata.
Hambatan-hambatan yang dapat mengurangi kecepatan mambaca :
(a) vokalisai atau berguman ketika membaca,
(b) membaca dengan menggerakan bibir tetapi tidak bersuara,
(c) kepala bergerak searah tulisan yang dibaca,
(d) subvokalisasi; suara yang biasa ikut membaca di dalam pikiran kita,
(e) jari tangan selalu menunjuk tulisa yang sedang kit abaca,
(f) gerakan mata kembali pada kata-kata sebelumnya
.

·         Membaca Dangkal

Membaca dangkal adalah jenis kegiatan memebaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal atau tidak terlalu mendalam dari bahan bacaan yang kita baca. Membaca dangkal merupakan salah satu jenis membaca ekstensif yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat lauran, yang tidak mendalam dari suatu bacaan. Membaca jenis ini biasanya dilakukan seseorang membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kesenangan, kegembiraan sebagai pengisi waktu senggang.

BAB VII KETERBACAAN

A.    Hakikat Keterbacaan

Keterbacaan (readability) adalah seluruh unsur yang ada dalam teks (termasuk di dalamnya interaksi antarteks) yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembaca dalam memahami materi yang dibacanya pada kecepatan membaca yang optimal (Dale & Chall dalam Gilliland, 1972). Mc Laughin (1980) menambahkan bahwa keterbacaan itu berkaitan dengan pemahaman pembaca karena bacaannya itu memiliki daya tarik tersendiri yang memungkinkan pembacanya terus tenggelam dalam bacaan.
·         Gilliland (1972) kemudian menyimpulkan keterbacaan itu berkaitan dengan tiga hal, yakni kemudahan, kemenarikan, dan keterpahaman. Kemudahan membaca berhubungan dengan bentuk tulisan, yakni tata huruf (topografi) seperti besar huruf dan lebar spasi. Kemudahan ini berkaitan dengan kecepatan pengenalan kata, tingkat kesalahan, jumlah fiksasi mata per detik, dan kejelasan tulisan (bentuk dan ukuran tulisan). Kemenarikan berhubungan dengan minat pembaca, kepadatan ide pada bacaan, dan keindahan gaya tulisan. Keterpahaman berhubungan dengan karakteristik kata dan kalimat, seperti panjang-pendeknya dan frekuensi penggunaan kata atau kalimat, bangun kalimat, dan susunan paragraf.
·         Dari berbagai definisi yang memberikan hakikat keterbacaan (readability) dapat disimpulkan bahwa keterbacaan itu adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kemudahan atau kesulitan memahami suatu bacaan. Keterbacaan berkaitan dengan keadaan tulisan atau cetakan yang jelas, mudah, menarik, dan menyenangkan untuk dibaca sehingga pesan yang disampaikan penulis benar-benar sampai secara tepat kepada pembaca. Jadi dalam pemilihan bahan ajar atau materi di Sekolah Dasar (SD) harus berpacu pada prinsip keterbacaan ini, agar siswa lebih mudah dalam memahami isi bacaan serta tertarik untuk membacanya.
·         Sebagaimana penulis kemukakan bahwa untuk menentukan tingkat kelayakan sebuah wacana dapat dibaca siswa, kita dapat menganalisisnya dengan formula keterbacaan. Harjasujana dan Yeti Mulyati (1997: 106) mengemukakan bahwa,
Keterbacaan merupakan istilah dalam bidang pengajaran membaca yang memperhatikan tingkat  kesulitan materi yang sepantasnya dibaca seseorang. Keterbacaan merupakan ahli bahsa readibility. Bentuk readability merupakan kata turunan yang dibentuk oleh bentk dasar “readable” ‘dapat dibaca’ atau “terbaca”. Konfiks ke-an dalam bentuk keterbacaan mengandung arti “hal yang berkenaan” dengan apa yang disebut dalam bentuk dasarnya. Oleh karena itu, kita dapat mendefinisikan “keterbacaan” sebagai hal ihwal terbaca tidaknya suatu bahan bacaan tertentu oleh pembacanya.

B.Prinsip-Prinsip Keterbacaan

                  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterbacaan

Dewasa ini sudah ada beberapa formula keterbacaan yang lazim digunakan untuk memperkirakan tingkat kesulitan sabuah wacana. Penelitian terakhir membuktikan bahwa ada dua faktor yang berpengaruh terhadap keterbacaan, yakni:
1.            Panjang pendeknya kalimat.
Pada umumnya, semakin panjang kalimat dan semakin panjang kata maka bahan bacaan tersebut semakin sukar. Sebaliknya, jika kalimat dan kata-katanya pendek-pendek, maka wacana dimaksud tergolong wacan yang mudah.
2.      Tingkat kesulitan kata.
Semakin sulit bacaan tersebut dimengerti, maka tingkat keterbacaan wacana tersebut rendah. Sebaliknya, semakin mudah bacaan tersebut dimengerti, maka tingkat keterbacaan wacana tersebut tinggi.
Pertimbangan panjang-pendek kata dan tingkat kesulitan kata dalam pemakaian formula keterbacaan, semata-mata hanya didasarkan pada pertimbangan struktur permukaan teks. Struktur yang secara visual dapat dilihat. Sedangkan konsep yang terkandung dalam bacaan sebagai struktur dalam dari bacaan tersebut tampaknya tidak diperhatikan. Dengan kata lain, rumusan formula-formula keterbacaan sering digunakan untuk mengukur tingkat keterbacaan itu tidak memperhatikan unsur semantis.
Seperti halnya kriteria kesulitan kalimat, kriteria kesulitan kata juga didasarkan atas wujud (struktur) yang tampak. Jika sebuah kalimat secara visual tampak lebih panjang, artinya kalimat tersebut tergolong sukar, sebaliknya, jika sebuah kalimat atau kata secara visual tampak pendek, maka kalimat tersebut tergolong mudah.
Bagaimana dengan kriteria kesulitan kata? Apakah panjang-pendeknya sebuah kata benar-benar dapat menjadi indikator bagi tingkat kesulitan kata yang bersangkutan? Bila dibandingkan, kata era dan kata zaman, maka kita akan menyetujui bahwa kata era lebih tinggi keterbacaannya, walaupun katanya lebih pendek dibandingkan dengan kata zaman, begitu pula sebaliknya.
C.     Formula Keterbacaan

·         Formula Keterbacaan Fry: Grafik Fry

Keterbacaan Formula ini mendasarkan formula keterbacaannya pada dua faktor utama, yaitu panjang-pendeknya kata dan tingkat kesulitan kata yang ditandai oleh jumlah (banyak-sedikitnya) suku kata yang membentuk setiap kata dalam wacana tersebut.
Dibagian atas grafik terdapat deretan angka-angka seperti 108, 112, 116, dan seterusnya. Angka-angka tersebut menunjukkan data jumlah suku kata per seratus perkataan. Yakni, jumlah kata dari wacana sampel yang dijadikan sampel pengukuran keterbacaan wacana. Kemudian angka-angka yang tertera disamping kiri grafik seperti 2.0, 2.5, 3.0, dst menunjukkan data rata-rata jumlah kalimat per seratus kata. Angka-angka yang berderet ditengah grafik tersebut merupakan perkiraan peringkat keterbacaan wacana yang diukur. Daerah yang diarsir pada grafik merupakan wilayah invalid. Dalam wilayah tersebut tidak memiliki peringkat baca untuk peringkat manapun.
            Petunjuk penggunaan grafik Fry (1977)
Langkah 1
Pilih penggalan yang representatif dari wacana yang hendak diukur tingkat keterbacaannya dengan mengambil 100 buah perkataan. Yang dimaksud representative adalah pemilihan wacana sampel yang benar-benar mencerminkan teks bacaan. Maka wacana yg diselingi gambar-gambar, table, angka, atau rumus dipandang tidak representative untuk dijadikan sampel wacana.
Langkah 2
Hitunglah jumlah kalimat dari seratus buah perkataan hingga perpuluhan terdekat. Maksudnya, dalam sebuah wacana ketika diambil 100 buah perkataan,paslilah akan sisa. Sisa kata yang termasuk dalam hitungan seratus itu diperhitungkan dalam bentuk desimal(perpuluhan).
Contoh wacana;
Pada suatu hari Inu ikut ayahnya ke bank. Di bank itu banyak orang. Di loket tabungan ada yang mengambil uang. Ada juga yang menyimpan uang. Di loket yang lain orang-orang juga antre. Ada juga beberapa petugas bank duduk di luar loket-loket antrean. Mereka melayani orang-orang yang bertanya tentang cara-cara menabung atau hal-hal lain. Ayah Inu berada di barisan loket tabungan. Inu menunggu ayahnya di ruang tunggu. Dia memperhatikan kesibukan orang-orang ditempat itu. Waktu Inu melihat satu kursi kosng di depan petugas yang melayani pertanyaan, dia segera berdiri. Inu mendekati kursi itu. Petugas pun mengerti, lalu dia mempersilakan Inu duduk dan menawarkan bantuan yang mungkin dapat dia berikan.

Rata-rata jumlah kalimat pada sampel di atas adalah 12 + 8/16 kalimat. Menjadi 12,5 kalimat.

Langkah 3
Hitunglah jumlah suku kata dari wacana sampel yang 100 buah perkataan tadi. Dari wacana sampel tadi kita peroleh ada 228 suku kata.
Langkah 4
Perhatikan grafik Fry. Kemudian data yang kita peroleh dari langkah 1 dan 2 kita plotkan ke dalam grafik untuk mencari titik temunya. Pertemuan antara baris vertikal dan horizontal menunjukkan tingkat-tingkat kelas pembaca.
Langkah 5
Tingkat keterbacaan ini bersifat perkiraan. Oleh karena itu, peringkat keterbacaan wacana sebaiknya ditambah 1 tingkat dan dikurangi 1 tingkat. Misalnya apabila diketahui titik temunya adalah 7,maka tingkat keterbacaan yang cocok untuk peringkat 6, 7, 8.

Catatan penting tentang grafik Fry
1.      Untuk mengukur tingkat keterbacaan sebuah buku, maka hendaknya dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali percobaan dengan pemilihan sampel dari wacana bagian awal buku, bagian tengah buku, dan bagian akhir buku. Kemudian hitung hasil rata-ratanya.
2.      Grafik Fry merupakan penelitian untuk wacana bahasa inggris. Padahal struktur bahasa inggris berbeda jauh dengan bahasa Indonesia, terutama dalam hal suku katanya. Berdasarkan kenyataan tersebut, tidak akan pernah didapati wacana dalam bahasa Indonesia cocok untuk peringkat kelas di dalam grafik Fry. Sebab titik temunya pasti berada pada daerah yang diarsir. Seperti contoh diatas tadi, telah diketahui rata-rata jumlah kalimat 12,5 dan suku katanya 228 setelah diplotkan titik temunya berada di daerah arsiran. Oleh karena itu d tambah 1 langkah lagi yaitu dengan mengkalikan jumlah suku kata dengan angka 0.6. jadi pada contoh diatas tadi didapati rata-rata humlah kalimat 12,5 dan jumlah suku kata 228*0,6=136,8 dibulatkan menjadi 137. Setelah diplotkan hasilnya jatuh di wilayah 4. Dengan emikian wacana tersebut cocok untuk peringkat 3, 4, 5.

Daftar konversi untuk grafik Fry
Untuk menentukan tingkat keterbacaan pada wacana yang jumlah katanya kurang dari seratus perkataan, para ahli telah menemukan jalan pemecahan yang cukup sedarhana.

Langkah 1
            Hitunglah jumlah kata dalam wacana dan bulatkan pada bilangan puluhan terdekat
Langkah 2
            Hitunglah jumlah suku kata dan kalimat yang ada dalam wacana.
Langkah 3
            Perbanyak jumlah kalimat dan suku kata dengan angka-angka yang ada dalam daftar         konversi.

                                                30        =         3,3
                                                40        =         2,5
                                                50        =         2,0
                                                60        =         1,67
                                                70        =          1,43
                                                80        =         1,25
                                                90        =         1,1

Sebagai contoh; ada sebuah wacana didapati jumlah katanya ada 34 buah,dibulatkan menjadi 30 buah. Jumlah kalimatnya ada 2 kalimat. Jumlah suku katanya ada 60 suku kata. Angka konversi untuk perbanyakan jumlah kalimat dan suku kata untuk jumlah 30 adalah 3,3. Dengan demikian  -      jumlah kalimat : 2*3,3= 6,6
-         Jumlah suku kata         :60*3,3= 198
Setelah diplotkan jatuh pada wilayah universitas.


·         Formula Keterbacaan Raygor: Grafik Raygor

Formula keterbacaan Raygor diperkenalkan oleh Alton Raygor, yang selanjutnya grafik ini disebut grafik Raygor. Formula ini tampaknya mendekati kecocokan untuk bahasa-bahasa yang menggunakan huruf latin. Grafik Raygor tampak terbalik jika dibandingkan dengan Grafik Fry. Namun, kedua formula keterbacaan tersebut sesungguhnya mempunyai prinsip-prinsip yang mirip.

1.      Petunjuk penggunaan Grafik Raygor.
a.       Mengitung 100 buah perkataan dari wacana yang hendak diukur tingkat keterbacaannya sebagai sampel. Deretan angka tidak dipertimbagkan sebagai kata. Oleh karenanya, angka-angka tidak dihitung ke dalam perhitungan 100 buah kata.
b.      Menghitung jumlah kalimat sampa pada persepuluhan terdekat. Prosedur ini sama dengan prosedur Fry dalam menghitung rat-rata jumlah kalimat.
c.       Menghitung jumlah kata-kata sulit, yakni kata-kata yang dibentuk oleh 6 huruf atau lebih. Kriteria tingkat kesulitan sebuah kata di sini didasari ileh panjang-pendeknya kata, bukan oleh unsur semantisnya. Kata-kata yang tergolong ke dalam kategori sulit itu adalah kata-kata yang terdiri atas enam atau lebih huruf. Kata-kata yang jumlah hurufnya kurang dari enam, tidak digolongkan ke dalam kata sulit.
d.      Hasil yang diperoleh dari langkah dua dan tiga itu dapat diplotkan ke dalam grafik Raygor untuk menentukan peringkat keterbacaan wacananya.
Kelebihan dari penggunaan grafik Raygor, yakni dalam hal efisiensi waktu, pengukuran keterbacaan wacana dengan grafik Raygor ternyata jauh lebih cepat daripada melakukan pengukuran keterbacaan dengan menggunakan grafik Fry.~Sela Carina Tamara dan Rahayu Saktiningsih.

BAB VIII TEKNIK UJI RUMPANG

A.    Hakikat Teknik Uji Rumpang

Teknik Uji Rumpang merupakan sebuah teknik penghilangan kata-kata secara  sistematis dari sebuah wacana, dan pembaca diharapkan dapat mengisi kata-kata yang dihilangkan       tersebut    dengan     kata   yang    sesuai.   Berbagai      pengertian     Teknik     Uji Rumpang         diungkapkan        beberapa       ahli.   Mulyati      dan    Harjasujana        (1997:     3) mengungkapkan           bahwa,     Teknik     Uji   Rumpang       pertama     kali   diperkenalkan       oleh  Wilson Taylor pada tahun 1953 yang berasal dari istilah  “Closure” suatu istilah dari ilmu     jiwa   Gestalt.    Konsepnya       menjelaskan       tentang    kecenderungan        orang    untuk  menyempurnakan suatu pola yang tidak lengkap, secara mental menjadi satu kesatuan  pembaca   diminta   untuk   dapat   memahami   wacana   yang   tidak   lengkap   (karena   ada bagian-bagian   yang   dihilangkan)   dengan   pemahaman   yang   sempurna.   Bagian   kata-kata   yang   dihilangkan   itu   biasanya   kata   ke-n,   digantikan   dengan   tanda   garis   lurus panjang   atau   dengan   titik-titik.   Penghilangan   bagian-bagian   kata   dalam   Teknik   Uji  Rumpang, mungkin juga tidak berdasarkan kata ke-n secara konsisten dan sistematis.  Terkadang        pertimbangan        lain   turut   menentukan        kriteria   pengosongan         kata-kata  tertentu dalam wacana ini. Misalnya kata kerja, kata benda, kata depan atau kata-kata tertentu yang dianggap penting, bisa jadi merupakan kata yang dihilangkan.
   Penghilangan   kata-kata   dari   suatu   wacana   tulis   merupakan   ciri   khas   pokok  dari Teknik Uji Rumpang. Abidin (2010: 109) mengungkapkan bahwa   “Teknik Uji  Rumpang         diterapkan     dibidang     bahasa     sebagai     proses    pemahaman        wacana      yang  disertai   dengan   melengkapi   kekurangan-kekurangan   yang   ada”.   Kemampuan   untuk melengkapi kekurangan-kekurangan itu menunjukkan tingkat kemampuan berbahasa  seseorang.
Dari     paparan      tersebut,    dapat    diutarakan      kembali      bahwa     Teknik      Uji   Rumpang merupakan   alat   untuk   mengukur   hasil   dari   penjelasan   mengenai   pemahaman   suatu teks atau wacana. Teknik ini memperkenalkan bahan bacaan dimana setiap kata ke –n (biasanya   kata   ke-5)   digantikan   dengan   tanda   garis penghubung.   Dengan   membaca diharapkan dapat melengkapi teks atau wacana rumpang dari kata yang dihilangkan.
Dari   beberapa   definisi   di   atas,   dapat   ditarik   kesimpulan   bahwa,   Teknik   Uji  Rumpang         merupakan       teknik    pembelajaran       membaca       dengan      cara   menghilangkan sebagian   kata-kata   dari   suatu   wacana   utuh   untuk   melatih   daya   tangkap   pembaca terhadap pesan penulis dengan cara memotong pola bahasa pada bagian-bagian yang dilesapkan/dirumpangkan. Setelah itu, para pembaca dituntut   mampu   mengolahnya menjadi pola yang utuh           seperti wujudnya semula,            dengan cara mengisi bagian yang dirumpangkan. Kata-kata yang dihilangkan tersebut dapat dilakukan secara sistematis dan   konsisten,   namun   dapat   juga   tidak   dilakukan   secara   sistematis   dan   konsisten karena pertimbangan lain pun turut menentukan kriteria pengosongan, penghilangan kata, misalnya penguasaan tata bahasa, seperti kata kerja, kata benda, kata depan, dan sebagainya. Jarak penghilangan atau pengosongan kata berpengaruh terhadap tingkat kesulitan suatu wacana, karena semakin banyak kata yang dihilangkan, maka semakin sulit    bagi   pembaca      untuk    dapat    memahami         isi  atau   makna     kalimat    dari   wacana tersebut.

B.     Fungi Teknik Isian Rumpang

Berbicara mengenai fungsi Teknik Uji Rumpang, terdapat dua fungsi utama. Mulyati   dan   Harjasujana   (1997:   5)   mengemukakan   Teknik   Uji   Rumpang   sebagai berikut.
·         Mengukur tingkat keterbacaan sebuah wacana, yakni untuk:
(1)  menguji tingkat kesukaran dan kemudahan bahan bacaan;
(2)  mengklasifikasikan tingkat baca siswa, seperti membaca independen, instruksional, atau frustasi; dan
(3)  mengetahui kelayakan wacana sesuai dengan kemampuan siswa.
·           Melatih     keterampilan      tertentu   dan   kemampuan        baca   siswa    melalui     kegiatan belajar mengajar. Keterampilan-keterampilan tersebut meliputi:
(1)  penguasaan unsur tata bahasa, misalnya: kata benda, kata kerja, kata depan,  kata sifat, dan lain-lain;
(2)  penguasaan kosa kata dan maknanya;
(3)  penguasaan struktur kalimat;
(4)  pemahaman gaya penulis dan penulisan; dan
(5)  pemahaman makna konteks.
 Lebih lanjut Abidin (2010: 110) mengungkapkan bahwa,
 “Teknik      Uji  Rumpang        berfungsi    untuk    mengetahui       tingkat    penguasaan komponen        bahasa    atau   tingkat   kemampuan         berbahasa     seseorang,     seperti penguasaan unsur tata bahasa, kosakata dan juga berfungsi untuk mengetahui  tingkat kesulitan suatu wacana”.
Beberapa   fungsi   yang   dikemukakan   kedua   ahli   di   atas   pada   dasarnya   sama. Dari semua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Teknik Uji Rumpang sebagai alat   untuk    mengetahui       tingkat   penguasaan       komponen       bahasa,    seperti   penguasaan unsur-unsur   tata   bahasa,   dan   juga   berfungsi   sebagai   alat   untuk   mengukur   tingkat kelayakan   suatu   wacana.   Dengan   kata   lain,   guru   dalam   waktu   yang   relatif   singkat akan mengetahui tingkat keterbacaan suatu wacana. Teknik ini pun dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan membaca siswa.

C.    Manfaat Teknik Isian Rumpang

Seperti halnya teknik pengajaran membaca lainnya, teknik uji rumpang juga me-miliki kegunaan. Kegunaan tersebut yakni untuk mengukur tingkat keterbacaan sebuah wacana dan melatih keterampilan serta kemampuan siswa melalui kegiatan belajar mengajar (Astuti, 2000: 10).
            Berdasarkan manfaat di atas, dalam waktu relatif singkat guru akan segera dapat mengetahui tingkat keterbacaan wacana; tingkat keterpahaman siswa; dan latar belakang pengalaman, minat dan bahasa siswa. Dengan demikian guru akan dapat dengan tepat membuat keputusan instruksional untuk membantu anak didiknya dalam belajar, khususnya dalam kegiatan membaca.

            Teknik ini juga bukan sekadar bermanfaat untuk mengukur tingkat keterbacaan wacana, melainkan juga mengukur tingkat keterpahaman pembacanya. Melalui teknik ini juga kita akan mengetahui perkembangan konsep, pemahaman, dan pengetahuan linguistik siswa.
            Teknik isian rumpang memiliki keunggulan dan kelemahan.
Ada beberapa keunggulan teknik isian rumpang yaitu.
1.        Dalam menentukan keterbacaan suatu teks, prosedur ini mencerminkan pola interaksi antara pembaca dan penulis.
2.        Prosedur isian rumpang bukan saja digunakan untuk menilai keterbacaan, melainkan juga dipakai untuk menilai pemahaman pembacanya.
3.        Bersifat fleksibel, yaitu guru akan segera dengan tepat mendapat informasi mengenai latar belakang kemampuan dan kebutuhan siswanya.
4.        Pada bidang pengajaran, teknik isian rumpang mendorong siswa tanggap ter-hadap bahan bacaan.
5.        Dapat dipergunakan sebagai latihan dan ukuran praktis akan pengetahuan dan pemahaman tata bahasa siswa.
6.        Dapat menjangkau sejumlah besar individu pada saat yang sama.
7.        Dapat melatih kesiapan dan ketanggapan dalam upaya memikirkan dan me-mahami maksud dan tujuan penulis atau wacana.
      
D.    Cara Pembuatan Wacana Rumpang

Dalam pembuatan tes uji rumpang, kriteria pembuatannya harus disesuaikan de-ngan fungsinya, yaitu sebagai alat ukur dan sebagai alat ajar. Menurut Wilson Taylor  dalam Hardjasujana dan Mulyati (1996:144), mengusulkan suatu prosedur yang baku untuk sebuah konstruksi wacana rumpang, yaitu :
a.    Memilih teks (wacana) yang relatif sempurna yaitu wacana yang tidak tergantung pada informasi sebelumnya.
b.    Melakukan penghilangan/pelesapan setiap kata ke-n, tanpa memperhatikan arti dan fungsi kata-kata yang dihilangkan atau dilesapkan tersebut.
c.    Mengganti bagian-bagian yang dihilangkan tersebut dengan tanda-tanda tertentu misal garis mendatar (-----------) yang sama panjangnya.
d.   Memberi salinan dari semua bagian yang direproduksi kepada siswa atau peserta tes.
e.    Mengingatkan kepada peserta tes untuk mengisi semua bagian yang dihilangkan.
f.     Menyediakan waktu yang relatif cukup untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan tugasnya.
Sedangkan kriteria pembuatan wacana rumpang menurut John Haskall dalam Hardjasujana dan Mulyati (1996:146) adalah sebagai berikut.
a.   Memilih suatu teks yang panjangnya kurang lebih 250 kata.
b.  Membiarkan paragraf pertama dan terakhir utuh.
c.   Memulai penghilangan dari paragraf  kedua, yaitu pada setiap kata kelima. Pe-ngosongan ditandai dengan garis lurus mendatar yang panjangnya sama.
d.  Jika kebetulan kata yang kelima adalah kata bilangan, maka pelesapan dilaku-kan pada kata kelima kalimat berikutnya.
Dalam penelitian ini, penulis menerapkan langkah-langkah sebagai berikut.
a.    Memilih wacana yang berjumlah lebih dari 250 kata.
b.    Membiarkan paragraf pertama dan terakhir utuh.
c.    Pelesapan dilakukan pada kata ke-7. Hal tersebut berdasarkan klasifikasi rentang jarak lesapan yaitu setiap kata ke-5 sampai kata ke-10 (Hardjasujana dan Mulyati, 1996:146), kecuali bila kata ke-7 tersebut merupakan kata bilangan maka pelesapan dilakukan pada kata berikutnya.
d.   Jika kata ke-7 adalah kata bilangan dan kata asing, pelesapan dijatuhkan pada kata ke-7 berikutnya.
e.    Mengganti kata yang dilesapkan dengan tanda ------------ kemudian diikuti dengan angka (1), (2), (3), dan seterusnya.
f.     Memberi pilihan jawaban pada setiap paragraf.
     
  E. Contoh Teks Uji Rumpang
           
            Berikut adalah contoh tes uji rumpang sebagai alat ukur dan bahan ajar.
            Wacana 1:
                        Anak dapat diperkenalkan kepada alam sekitarnya sedini mungkin. Ini penting untuk perkembangan (1)________dan emosinya. Anda dapat (2)__________proses mekarnya bunga dan (3)_________aneka warna bunga pada (4)_________. Kepada anak yang lebih (5)___________, Anda dapat menceritakan bentuk (6) __________warna bunga yang indah (7) ___________ baunya yang harum, atau (8)___________membuat serangga tertarik dan (9)________untuk menghisap madu.


            Wacana 2:
            Selain itu pengenalan (1)________alam sekitar (2)________penting(3)_______merangsang kepekaan penginderaan anak. Tangannya bisa setiap kali disentuhkan (4)_________permukaan (5)_________ujung daun (6)_______melatih alat perabanya. Anak (7)_______sudah pandai berjalan (8)______diajak menginjak rumput (9)_______berembun (10)_______pagi.

            Setelah membaca kedua wacana di atas, dapat disimpulkan bahwa pengosongan atau pelesapan kata pada wacana pertama dilakukan dengan tingkat keteraturan yang konsisten. Pada wacana pertama, penghilangan dilakukan pada setiap kata kelima. Pelesapan dilakukan pada kalimat kedua, sedangkan kalimat pertama dari wacana tersebut dibiarkan secara utuh.

            Pengosongan atau pelesapan pada wacana kedua tidak dilakukan atas dasar keter-aturan jarak. Penghilangan kata pada wacana kedua terlihat tidak konsisten dan sistematis. Pada wacana kedua, pengosongan bukan terletak pada jarak lespan  katanya, melainkan terletak pada jenis kata yang dilesapkannya.

            Berikut adalah teks wacana sebelum dirumpangkan.
            Wacana 1:
Anak dapat diperkenalkan kepada alam sekitarnya sedini mungkin. Ini penting untuk perkembangan intelektual dan emosinya. Anda dapat menceritakan proses mekarnya bunga dan mengenalkan aneka warna bunga pada anak. Kepada anak yang lebih besar, Anda dapat menceritakan bentuk dan warna bunga yang indah serta baunya yang harum, atau yang membuat serangga tertarik dan datang untuk menghisap madu.

            Wacana 2:
Selain itu pengenalan terhadap alam sekitar juga penting untuk merangsang kepekaan penginderaan anak. Tangannya bisa setiap kali disentuhkan ke permukaan daun dan ujung daun untuk melatih alat perabanya. Anak yang sudah pandai berjalan dapat diajak menginjak rumput yang berembun setiap pagi.

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi Uji Rumpang sebagai alat ukur keterbacaan.
    
              F.  Penilaian Hasil Uji Rumpang

Penilaian      terhadap     isian   rumpang       ditetapkan     dengan     kriteria    persentase. Sampai       saat   ini   para    ahli   menetapkan        dua    alternatif   kriteria    penilaian     untuk kemampuan          siswa     dalam     mengisi      bagian-bagian        kata   yang     dihilangkan       atau dikosongkan. Pertama, penilai hanya membenarkan jawaban yang sama persis dengan wacana asli. Kata atau jawaban lain yang tidak tepat, tidak dapat diterima meskipun bila   ditinjau    dari   sudut   makna     tidak   mengubah        maksud     konteks     yang    dimaksud. Kedua, penilai membenarkan jawaban atau kata yang dapat menggantikan kedudukan kata   yang  dihilangkan,   baik  secara   makna,   maupun   struktur   tidak   merusak   konteks kalimat yang bersangkutan (Mulyati dan Harjasujana, 1997:13)
Rankin dan Cushane dalam Abidin (2010: 111) menetapkan interpretasi hasil Uji Rumpang sebagai berikut.
1)  Jika rata-rata pembaca menjawab dengan benar kata yang didelisi di atas 60%, wacana tersebut tergolong wacana mudah.
2)   Jika rata-rata pembaca menjawab dengan benar kata yang didelisi berkisar
            antara 41%-60%, wacana tersebut tergolong wacana yang sedang.
 3)   Jika rata-rata pembaca menjawab dengan benar kata yang didelisi kurang  dari 40%, wacana tersebut tergolong wacana yang sulit.
Dilihat dari sudut bacaannya Teknik Uji Rumpang ini merupakan alat untuk mengukur keterbacaan wacana. Berdasarkan pengklasifikasian terhadap pembacanya, dengan       patokan     yang    sama,     dapat    diklasifikasikan       bahan    bacaaannya.       Untuk klasifikasi   skor   pertama   (di   atas   60%)   artinya   wacana   itu   tergolong   mudah,   untuk klasifikasi     skor   kedua    (antara   41-60%)   berarti      wacana     itu  tergolong   sedang,      dan untuk klasifikasi skor ketiga (kurang dari 40%) berarti wacana itu tergolong sukar.
Lebih lanjut Mulyati dan Harjasujana (1997: 14) mengungkapkan interpretasi yang berbeda. Penetapan interpretasi hasil isian rumpang berpedoman pada ketentuan berikut.
1)  Perolehan   hasil   Uji   Rumpang  di   atas   53,5%   tergolong  ke   dalam  tingkat  independen (mandiri atau bebas).
2)   Pemerolehan hasil Uji Rumpang di antara 44,5-53,5% tergolong ke dalam   tingkat instruksional.
3)   Pemerolehan   hasil   Uji   Rumpang   kurang   dari   44%   tergolong   ke   dalam t       ingkat frustasi atau gagal.
Persentase   skor   tes   Uji   Rumpang   tersebut   dapat   disajikan   dalam   tabel
berikut.

                                                     Tabel 2.2

                                  Persentase skor Teknik Uji Rumpang

               Persentase Skor Tes Uji Rumpang                               Tingkat Baca

              Di atas 53,5%                                      independen (mandiri atau bebas)

              Antara 44,5-53,5%                                  instruksional

              Kurang dari 44%                                    frustasi atau gagal

Dari    uraian    di  atas   dapat   disimpulkan       bahwa     penilaian    terhadap     tes  Uji Rumpang dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, penilaian dilakukan atas dasar kata   yang  tepat   sama.   Dalam   cara   ini   hanya   jawaban  yang  tepat   sama   dengan   kata yang dihilangkan dengan teks asli, dianggap benar. Kedua, penilaian didasarkan atas ketepatan   kontekstual.   Dalam   cara   ini   suatu   kata   dianggap   sebagai   jawaban   yang benar sepanjang kata itu mengacu pada konteks wacana secara keseluruhan.
      
 G.       Intreprestasi Hasil Uji Rumpang

Earl F. Rankin dan Joseph W. Culhane (1969) dalam Hardjasujana dan Mulyati (1996:149—150) menetapkan hasil interpretasi hasil uji rumpang sebagai berikut.
a.    Pembaca berada pada tingkat independen atau bebas jika persentase skor tes uji rumpang yang diperoleh > 60%.
b.    Pembaca berada pada tingkat instruksional jika persentase skor tes uji rumpang yang diperoleh berkisar 41%--60%.
c.    Pembaca berada pada tingkat frustasi atau gagal jika persentase skor tes uji rumpang yang diperolenya < 40%.

Penafsiran hasil tes uji rumpang di atas dilihat dari sudut klasifikasi pembacanya. Dengan klasifikasi yang sama, kita dapat mengklasifikasikan bahwa:
a.    Wacana tergolong mudah jika persentase skor tes uji rumpang yang diperoleh > 60%.
b.    Wacana tergolong sedang jika persentase skor tes uji rumpang yang diperoleh berkisar 41%--60%.
c.    Wacana tergolong sukar jika persentase skor tes uji rumpang yang diperolenya < 40%.
Selain memiliki beberapa keunggulan, prosedur ini juga mempunyai kelemahan. Schlezinger (1968) dalam Hardjasujana (1996:152) meragukan kevaliditasan penggunaannya. Ketepatan pengisian bagian-bagian yang dihilangkan oleh seseorang belum tentu berdasarkan atas pemahamannya terhadap wacana tersebut, melainkan didasarkan atas pola-pola ungkapan yang telah dikenalnya.

BAB IX KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA

A.    Hakikat Kecepatan Efektif Membaca

KEM merupakan kepanjangan dari kecepatan efektif membaca, yakni perpaduan dari kemampuan motorik (gerak mata) atau kemampuan visual dengan kognitif seseorang dalam membaca (Harjasujana & Mulyati, 1987). Dengan kata lain, KEM merupakan perpaduan dari rata-rata kecepatan membaca dengan ketepatan memahami isi bacaan.Mengapa kedua hal itu menjadi landasan bagi pengukuran KEM?Dalam proses membaca terdapat dua komponen utama yang bekerja secara dominan, yakni (a) kerja mata untuk melihat lambang-lambang grafis, dan (b) kerja otak untuk memahami dan memaknai lambang-lambang grafis tadi menjadi sebuah informasi yang utuh dan lengkap. Kemampuan fisik berupa kemampuan mata melihat lambang,selanjutnya disebut
 kemampuan visual, sedangkan kemampuan psikis yang melibatkan kemampuan berpikir dan bernalar, selanjutnya disebut kemampuan kognisi.
Berdasarkan penjelasan itu kita dapat memahami definisi KEM di atas. KEM merupakan cerminan dari kemampuan membaca yang sesungguhnya, yang melibatkan pengukuran dua komponen utama yang terlibat dalam proses membaca. Oleh karena itupula, kemampuan membaca itu disebut kecepatan efektif membaca.Beberapa pakar pendidikan dan pengajaran membaca menyamakan istilah KEM dengan “ speed reading”(membaca cepat). Kemampuan membaca cepat atau kecepatan membaca itu ditunjukkan oleh kemampuan membaca sejumlah kata yang dibaca dalam satuan menit (kata per menit), yakni rata-rata tempo baca untuk sejumlah kata tertentu dalam waktu tempuh baca tertentu. Jika yang dimaksud kecepatan membaca adalah rata-rata kecepatan baca, bagaimana dengan pemahaman esensi isi bacaannya?. Di sampingitu, bukankah jika kita berbicara tentang kecepatan membaca akan berimplikasi terhadap tujuan membaca, tingkat keterbacaan bahan bacaan, motivasi, teknik-teknik membaca,proses berpikir dan bernalar, dan lain-lain? Oleh karena itu, istilah kecepatan membaca kita tambah dengan istilah “efektif ” sehingga menjadi“kecepatan efektif membaca”ataulebih popular disebut KEM.

B.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KEM

Kecepatan baca seseorang tidak harus selalu konstan, dalam arti seseorangmelakukan kegiatan membaca dengan kecepatan yang sama untuk setiap jenis dan karakteristik bahan bacaan yang dihadapinya. Mengapa demikian? Bahan bacaan itu beragam. Keberagaman itu dapat dilihat dari berbagai segi seperti: muatan isi,pembidangan ilmu, jenis tulisan, klasifikasi ragam bacaan (fiksi/nonfiksi), sistematika pengorganisasian tulisan, tingkat keterbacaan bahan, dan lain-lain. Di samping itu, kadar kepentingan seseorang melakukan kegiatan membaca itu pun akan sangat berpengaruh terhadap kecepatan bacanya. Membaca untuk keperluan hiburan tentu akan berlainan dengan membaca untuk kepentingan pemerolehan informasi. Membaca untuk kepentingan kritik dan esei tentu akan berbeda dengan membaca untuk sekedar memenuhi rasa ingin tahu. Perbedaan-perbedaan ini akan menyebabkan kecepatan baca seseorang tidak harus sama dalam segala situasi dan kondisi. Sekali lagi, pembaca yang efektif dan efisien itu adalah pembaca yang fleksibel.
Guru perlu menyadari bahwa kecepatan membaca siswanya itu berbeda-beda.Ada yang lambat, tapi tidak sedikit juga yang cepat. Perhatian guru hendaknya terpusat pada siswa yang mempunyai kecepatan baca lambat. Kecepatan baca yang memadai hanya bisa diperoleh melalui latihan yang intensif dan berkesinambungan. Di samping itu, guru juga perlu menyadari bahwa tidak semua pembaca (termasuk anak didik kita)mengetahui ihwal fleksibilitas membaca. Mungkin anak didik kita beranggapan bahwa kecepatan membaca harus dilakukan secara konstan untuk semua keperluan dan semuasituasi dan kondisi.Penanaman akan pentingnya kepemilikan KEM yang memadai harus disadarkan pada anak didik. Memiliki KEM yang tinggi di abad informasi akan menempatkan kita pada posisi kehidupan yang layak, namun tidak berarti kita akan menggunakan kecepatan baca yang sama untuk semua situasi dan kondisi baca yang berbeda. Yang paling penting bagi guru adalah bagaimana meningkatkan KEM siswanya serta memanfaatkan KEM itu secara fleksibel.
Pengetahuan tentang factor-faktor pemengaruh Kem akan sangat membantu gurudi dalam menentukan keputusan instruksional yang paling tepat untuk pembinaan dan pengembangan kemampuan membaca siswanya. Ketepatan mendiagnosis sumber-sumber penyakit penghambat kemampuan membaca siswa dapat memberikan petunjuk untuk menangani masalah-masalah membaca dan pengajarannya secara tepat pula.Dalam keadaan normal, di negara-negara maju seperti Amerika, seorang lulusanSenior High School (setara SMU) diharapkan memiliki kecepatan minimum kira-kira 250 kata per menit dengan pemahaman minimum 70% (Tampubolon, 1987). Berdasarkan data tersebut KEM minimum yang diharapkan adalah 175 kpm. KEM seperti itu tidak akan sanggup mengimbangi lajunya perkembangan zaman.Menurut Harjasujana (1988), mahasiswa yang memiliki KEM 250 kpm tidak akan memiliki waktu untuk beristitahat. Mengapa? Menurut Baldridge (1987) seperti yang disitir Harjasujana, volume bacaan mahasiswa harus mencapai 850.000 kata per minggu .Faktor-faktor apa saja yang merupakan pemengaruh KEM? Yap (1978)melaporkan hasil penelitiannya mengenai perbandingan faktor pemengaruh KEM  adalah sebagai berikut: 65% merupakan kontribusi dari intensitas baca,25% dariIQ,dan 10%sisanya dari
faktor lain-lain. Ommagio (1984) lebih menyoroti aspek pemahaman bacaan sebagai wujud dari pengukuran aspek kognisi. Menurutnya, pemahaman bacaan bergantung pada gabungan dari pengetahuan bahasa, gaya kognitif,dan pengalaman membaca.
Jika disimpulkan, ketiga aspek itu ternyata berada pada diri pembacanya(faktor pembaca). Jika pembaca memiliki dan menguasai ketiga faktor di atas, proses pemahaman bacaan tidak akan mendapat hambatan yang berarti.Harjasujana (1992) mengidentifikasi lima faktor sebagai pemengaruh kemampuan membaca, yakni(a) latar belakang pengalaman, (b) kemampuan berbahasa, (c)kemampuan berpikir, (d) tujuan membaca, dan (f) berbagai afeksi seperti motivasi, sikap,minat, keyakinan, dan perasaan. Kelima faktor itu pun tampaknya masih berkaitandengan faktor pembanya. Faktor pembaca ini pun menjadi pusat perhatian ahli lain.Heilman, Blair, & Rupley (1981) mengetengahkan empat hal yang dianggap berperanan penting di dalam proses pemahaman bacaan, antara lain:(a) latar belakang pengalaman,(b) tujuan dan sikap pembaca, (c) pengetahuan tentang berbagai tipe pengorganisasian tulisan,dan (d) berbagai strategi identifikasi tulisan.Williams (1984) menyatakan pendapatnya dengan sangat arif. Menurutnya,ketidaktahuan akan bahasa dapat menghambat pemahaman. Meskipun pengetahuan bahasa itu penting, namun bagaimana menumbuhkan keinginan untuk membaca itu jauh lebih penting. Selanjutnya, beliau mengaitkan hal tersebut denganketerbacaan wacana( readability). Lebih lanjut beliau menyatakan, materi bacaan yang disuguhkan denganbahasa yang sulit menyebabkan bacaan itu sulit dipahami dan mengakibatkan kefrustasian bagi pembacanya. Keterbacaan menurutnya, tidak hanya bergantung pada bahasa teks melainkan juga bergantung pada
pengetahuan pembaca tentang teks serta bagaimana ketekunan dan ketajaman membacanya.Faktor tingkat keterbacaan wacana juga mempengaruhi kecepatan baca seseorang. Bahan bacaan yang tidak sesuai dengan peringkat pembacanya memiliki tingkat keterbacaan yang rendah. Bahan bacaan demikian tidak akan bisa dicerna dengan mudah dalam waktu yang relatif cepat. Pembaca membutuhkan waktu yang relatif  lama untuk mencerna bahan bacaan yang tidak memenuhi kriteria keterbacaan. Dengan demikian, factor keterbacaan wacana berkontribusi juga terhadap KEM.
Faktor minat dan motivasi seseorang dalam membaca juga turut berpengaruh terhadap kecepatan baca (Miller & Faircloth; Israel & Duffy, 2009). Minat dan motivasi yang tingggi, baik terhadap isi maupun kegiatan bacanya akan berdampak positif terhadap KEM seseorang. Dorongan intrinsik akan mendorong perluncuran gerakan mata secepat-cepatnya untuk segera memenuhi hasrat ingin tahunya.KEM juga dipengaruhi oleh faktor kebiasaan membaca.Para ahli mengidentifikasi sejumlah kebiasaan buruk yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan baca. Kebiasaan-kebiasaan dimaksud adalah:(1) membaca dengan vokalisasi (menyaringkan bacaan);(2) membaca dengan gerakan bibir;(3) membaca dengan gerakan kepala;(4) membaca dengan menunjuk baris bacaan dengan jari, pena, atau alat lainnya;(5) membaca dengan pengulangan-pengulangan kata, frase, kalimat (frase);(6) membaca dengan subvokalisasi (melafalkan bacaan dalam hati/pikiran)(7) membaca kata demi kata;(8) membaca secara insidental.Faktor lain yang mempengaruhi KEM adalah penguasaan teknik-teknik membaca yang tepat yang sesuai dengan tujuan, bahan, dan jenis bacaannya. Teknik-teknik membaca yang secara umum dikenal orang antara lain:a)Teknik baca-pilih atau selecting, yaitu membaca bahan bacaan atau bagian-bagian bacaan yang dianggap relevan atau mengandung informasi yang dibutuhkan pembaca. Dalam hal ini, sebelum melakukan kegiatan membaca tersebut, pembaca telah melekukan pemilihan/seleksi bahan terlebih dahulu.b)Teknik baca-lompat atau skipping, yaitu membaca dengan loncatan-loncatan.Maksudnya, bagian-bagian bacaan yang dianggap tidak relevan dengan keperluannya atau bagian-bagian bacaan yang sudah dikenalnya/dipahaminya tidak dihiraukan.Bagian bacaan yang demikian dilompati untuk mencapai efektifitas dan efisiensimembaca.c)Teknik baca-layap atau
Skimming atau dikenal juga dengan istilah membaca sekilas,yaitu membaca dengan cepat atau menjelajah untuk memperoleh gambaran umum isibuku atau bacaan lainya secara menyeluruh. Selain itu, teknik ini juga dapat dipergu-nakan sebagai dasar memprediksi, apakah suatu bacaan atau bagian-bagian tertentu dari bacaannya itu berisi informasi tertentu. Seorang pembaca yang menggunakan teknik skimming hanya memetik ide-ide pokok bacaan atau informasi-informasi penting atau intisari suatu bacaan. Teknik ini dipergunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut: (1) mengenali topik bacaan; (2) mengetahui pendapat orang (opini);(3) mengetahui bagian penting tanpa harus membaca seluruh bacaan; (4) mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok, hubungan antarbagian; (5) menyegarkan apa yang pernah dibaca, misalnya dalam mempersiapkan ujian atau ceramah.d)Teknik baca-tatap atau scanning atau dikenal juga dengan istilah sepintas, yaitu suatu teknik pembacaan sekilas cepat tetapi teliti dengan maksud untuk memperoleh informasi khusus/tertentu dari bacaan. Pembaca yang menggunakan teknik ini akan langsung membaca bagian tertentu dari bacaannya yang berisi informasi/fakta yang diperlukannya tanpa menghiraukan bagian-bagian lain yang dianggapnya tidak rele-van. Teknik scanning bisa digunakan untuk hal-hal berikut: (1) mencari nomor tele-pon; (2) mencari makna kata tertentu dalam kamus; (3) mencari keterangan tentang   suatu istilah pada ensiklopedia; (4) mencari entri atau rujukan sesuatu hal pada in-deks; (5) mencari definisi sebuah konsep menurut para pakar tertentu; (6) mencaridata-data statistik; (7) mencari acara siaran acara TV, daftar perjalanan, dokter jaga,dan sebagainya.Keempat teknik membaca di atas, pada umumnya jarang dipergunakan dalam bentuk tunggal atau berdiri sendiri, melainkan dipadukan dengan teknik-teknik lainnya.Bahkan sering terjadi keempat teknik ini dipergunakan sekaligus secara bergiliran dalam suatu kegiatan membaca. Yang penting bagi pembaca bagaimana dia dapat memilih,menentukan, dan menggunakan teknik membaca yang tepat/cocok dengan sifat informasiyang diperlukannya sehingga memenuhi tuntunan efektifitas dan efisiensi membaca.Di samping teknik-teknik membaca di atas, kita juga perlu menguasai metode-metode membaca yang efektif dan efisien. Metode-metode tersebut, misalnya membacafrase, metode SQ3R, metode PQ3R, metode PQRST, dan lain-lain.Dari sekian banyak pendapat dari faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, pendapat Pearson dipandang sebagai cermin dari kesimpulan pendapat-pendapat di atas. Menurut beliau, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yakni faktor dalam (internal)  dan faktor luar (eksternal). Faktor dalam bersumber pada diri pembaca. Faktor luar dibaginya lagi menjadi dua kategori, yakni (a) unsur dalam bacaan,dan (b) sifat-sifat lingkungan baca.Unsur dalam bacaan berkaitan dengan keterbacaan dan factor organisasi teks.Sifat lingkungan baca berkenaan dengan fasilitas, guru, modelpengajaran, dan lain-lain (Pearson, 1978; Hafni, 1981).
C.    Pengukuran KEM

Seperti telah dijelaskan di muka, KEM itu merupakan perpaduan antara kecepatan membaca dan kemampuan memahami isi bacaan. Kecepatan rata-rata baca merupakan cermin dari tlok kur kemampuan visual, yakni kemampuan gerak motoris mata dalam melihat lambing-lambang grafis. Pemahaman isi bacaan merupakan cermin dari kemampuan kognisi, yakni kemampuan berpikir dan bernalar dalam mencerna masukan grafis yang ditermanya lewat indera mata.Untuk menentukan KEM seseorang diperlukan data mengenai rata-rata kecepatan baca dan persentase pemahaman isi bacaan. Dataa mengenai rata-rata kecepatan baca dapat diketahui apabila jumlah kata yang dibaca dan waktu tempuh bacanya diketahui.Cara menghitung rata-rata kecepatan baca adalah dengan cara membagi jumlah kata yang dibaca dengan waktu tempuh baca sebagai contoh, jika seseorang dapat membaca sebanyak 2500 perkataan dalam waktu 5 menit, artinya kecepatan rata-rata baca pembaca tersebut adalah 500 kpm (2500:5=500).Sementara, untuk memperoleh data tentang persentase pemahaman isi bacaan yang objektif (bukan perkiraan), tentu diperlukan suatu alat untuk mengukurnya. Alat tersebut berupa alat tes. Mengapa harus alat tes? Bukankah alat nontes pun bias digunakan? Untuk mengukur aspek kognitif, alat tes lebih tepat bila dibandingkan dengan alat nontes. Kemampuan pemahaman sesorang tidak bisa diprediksi melalui observasi,misalnya. Angket atau wawancara mungkin saja bisa menggali kemampuan membacasesorang, tetapi penggunaan alat nontes ini untuk kepentingan pengukuran aspek kognitif  tidaklah praktis. Untuk menentukan persentase pemahaman seseorang terhadap isi bahan bacaan yang dibacanya ialah dengan cara membagi sekor bobot tes pemahaman isi bacaan yang dapat dijawabnya dengan benar dengan bobot/sekor ideal kemudian diperkalikan dengan 100 persen.Misalnya, jika seseorang dapat menjawab dengan benar tes pemahaman isi bacaan sebanyak 32 dari sekor ideal 50, maka persentase pemahaman isi bacaan pembaca yang bersangkutan adalah 64% (32/50 X 100%=64%).Berpedoman kepada pengertian KEM, yakni perpaduan antara kemampuan visual dan kemampuan kognisi, maka contoh-contoh penghitungan di atas dapat ditentukanKEM-nya. Dari hasil penghitungan rata-rata kecepatan baca diperoleh data 500 kpm; darihasil penghitungan persentase pemahaman isi bacaan diperoleh data 64%. Maka penghitungan KEM-nya adalah 320 kpm (500X64%). Angka terakhir ini (320 kpm)merupakan kecepatan efektif membaca yang sudah menyertakan pengukuran dua unsure penyokong  kegiatan baca, yakni kemampuan gerak mata dalam melihat lambang-lambang cetak dan kemampuan memahami isi bacaan. Sementara angka 500 kpm  itu merupakan kemampuan kecepatan rata-rata baca yang belum menyertakan unsure pemahaman isi bacaan.Selanjutnya, berdasarkan ilustrasi di atas, sekarang kita dapat membuat beberapa alternatif rumus KEM yang dapat dipergunakan untuk menghitung dan menentukan KEMseseorang. Alternatif rumus-rumus tersebut antara lain:(1) (2)
JK B
                        ______ X _____ = ……. kpm
 Wd:60 SI
(3)
JK B
                        _____ X _____ (60)
= ……. kpm
                                    Wd SI
 Keterangan
                        K : jumlah kata yang dibaca
                        Wm : waktu tempuh baca dalam satuan menit 
                        Wd : waktu tempuh baca dalam satuan detik 
                        SI : sekor ideal atau sekor maksimal
                        kpm : kata per menit 
Berbekal rumus penghitungan KEM di atas, terdapat sejumlah persiapan yang harusdipersiapkan untuk mengukur KEM, yakni: (1) teks/wacana; (2) alat ukur waktu: jamtangan, stopwatch; (3) perangkat tes; dan (4) personal (petugas).

D.    Peningkatan KEM

Kecepatan Etektif Membaca (KEM) siswa kelas 3 D SLTP 3 Patebon, Kendal masih rendah, yaitu 106 kpm. Angka ini masih jauh dari angka KEM ideal untuk siswa SLTP yaitu 250 kpm. Hal ini disebabkan antara lain belum diternukannya pendekatan/metode/teknik pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan, antara lain: (1) agar siswa dapat menumbuhkan kemampuan membaca pemahaman untuk menangkap informasi bacaan, dan (2) agar siswa dapat meningkatkan KEMmereka.
Usaha pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Tri Fokus Steve Snyder. Pembelajaran tersebut dibagi dalam sejumlah kegiatan, yaitu; (1) pendahuluan, yang meliputi pemberian motivasi berkaitan dengan kegiatan membaca cepat dan pemahaman serta pengenalan (penjelasan) tentang teknik Tri Fokus Steve Snyder, (2) kegiatan inti, yaitu praktik membaca dengan teknik Tri Fokus Steve Snyder, dan (3) penutup, yaitu evaluasi atau pengukuran KEM siswa.
Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran yang menggunakan Teknik Tri Fokus Steve Snyder dapat disimpulkan bahwa: (1) rata-rata KEM siswa kelas 3 D meningkat dari 106,50 kpm pada pembelajaran pertama (tidak menggunakan teknik trifokus) menjadi 128,72 kpm pada pembelajaran kedua, dan (2) terjadi perubahan minat, motivasi, dan keaktifan siswa dalam pembelajaran.Oleh : Muhammad Sarwono*
PENDAHULUAN
Hasil studi yang dilakukan oleh Book and Reading Development (1992) yang dilaporkan oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa kebiasaan membaca belum terjadi pada siswa SD dan SLTP. Hasil studi tersebut juga menunjukkan adanya korelasi antara mutu pendidikan secara keseluruhan dengan waktu yang tersedia untuk membaca dan ketersediaan bahan bacaan. Selanjutnya hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa belum dimilikinya kebiasan membaca oleh siswa cenderung memberikan dampak negatife terhadap mutu pendidikan SD dan SLTP secara nasional (Sitepu: 1999).
Pada tahun yang sama, IEA (International Association for Evaluation Education Achievement) mengungkapkan bahwa kebisaaan membaca siswa Indonesia berada pada peringkat ke-26 dari 27 negara yang diteliti. Rendahnya kemampuan membaca tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal sekolah.
Rendahnya minat dan kemampuan membaca antara lain tampak pada rendahnya kecepatan efektif membaca (KEM) mereka. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa pembelajaran membaca di sekolah belum maksimal, kalau tidak boleh dikatakan gagal. Padahal kita mengetahui bahwa rendahnya kemahiran membaca akan sangat berpengaruh pada kemahiran berbahasa yang lain, yaitu mahir menyimak listening skills), mahir berbicara (speaking skills), dan mahir menulis (writing skills) (Tarigan: 1994).
Penggunaan pendekatan, metode, dan teknik membaca yang tidak tepat diasumsikan merupakan salah satu faktor penentu kurang maksimalnya pencapaiaan tujuan membaca di sekolah. Selain itu, alokasi waktu yang disediakan untuk pembelajaran masih sangat minim. Akibatnya pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh guru untuk pelatihan membaca siswa cenderung diarahkan hanya membaca bacaan-bacaan pendek yang terdapat dalam buku paket. Pemahaman guru terhadap kiat-kiat pengembangan membaca yang baik juga disinyalir sangat kurang.
Demikian juga halnya yang terjadi pada siswa kelas 3 D SLTP 3 Patebon, Kendal, Jawa Tengah semester I tahun pembelajaran 2002/2003. Dari pengukuran awal diketahui bahwa KEM mereka masih rendah yaitu 106,50 kpm. Angka ini menurut Nurhadi masih jauh dari KEM ideal untuk siswa SLTP, yaitu 250 kpm.
Kondisi tersebut sangat memprihatinkan dan harus segara ditangani dengan sungguh-sungguh, simultan, dan terencana. Rendahnya KEM siswa akan memengaruhi rendahnya kemampuan mereka dalam menemukan isi bacaan yang dibaca. Hal tersebut akan berakibat pada turunnya minat baca mereka. Pada akhirnya gairah belajar dan prestasi akademik mereka menurun.
Ada dua faktor utama penyebab rendahnya KEM siswa. Pertama, faktor siswa yang terdiri atas: (1) faktor internal antara lain rendahnya minat dan motivasi membaca, penguasaan bahasa yang rendah, dan intelegensi siswa, dan (2) factor eksternal antara lain: keadaan sosial ekonomi siswa, lingkungan yang kurang kondusif untuk peningkatan kemahiran membaca. Kedua, factor guru antara lain: kemampuan guru dalam memotivasi siswa, dan kemampuan guru mengelola kelas untuk pembelajaran membaca masih kurang.
Teknik Tri Fokus Steve Snyder adalah teori mutakhir yang berkembang saat ini, cukup sederhana, mudah, dan praktis untuk melatih KEM siswa. Di samping itu, teknik ini masih jarang digunakan dalam pelatihan pembelajaran membaca padahal teknik ini sangat sederhana dan mudah. Oleh kerena itu, teknik ini dijadikan solusi terbaik untuk meningkatkan KEM siswa kelas 3D SLTP Negeri 3 Patebon Kabupaten Kendal.
Teknik Tri Fokus Steve Snyder merupakan teknik membaca yang terbilang baru. Teknik ini memiliki kelebihan sederhana, praktis, dan inivatif. Teknik ini disebut tri fokus karena mengajarkan pada para siswa untuk mengembangkan pelatihan peripheral mereka dengan latihan "tri fokus", Maksudnya titik konsentrasi pandangan mata terpusat tiga focus (tiga bagian) setiap barisnya. Sebagian dipusatkan di sebelah kiri, sebagian tengah.dan sebagian kanan.
Periferal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-3 (1999 : 858) berarti proses melihat tidak mengenai pokoknya. Dalam kaitan ini dapat diartikan bahwa pandangan periferal saat membaca maksudnya ketika kita membaca titik fokus pandangan mata kita tidak tertuju pada satu demi satu kata secara terpisah. Namun satu focus mewakili satu bagian baik yang berupa kelompok kata (frase), klausa, atau bagian berdasarkan penjedaan.
Dalam membaca, pelihatan periferal yang lebih luas berarti adalah kemampuan untuk menerima informasi lebih banyak dalam satu waktu. Kita membaca lebih cepat jika kita memahami satu frasa dalam sekali pandang. Oleh karena itu pelihatan periferal harus dilatih dan ditingkatkan agar lebih luas dan tajam (De Porter 2000 : 270-274).
Berdasarkan hal tersebut di atas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah "Apakah teknik Tri Fokus Steve Snyder dapat meningkatkan kecepatan efektif membaca (KEM) siswa 3D SLTP 3 Patebon pada semester I tahun pelajaran 2002/2003. Adapun tujuan penelitian makalah ini adalah agar siswa memiliki kecepatan efektif membaca yang memadai dan menumbuhkan kemampuan membaca pemahaman (kritis) untuk menangkap informasi dari bacaan dengan cepat.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti:
Bagi siswa yang memiliki kecepatan efektif membaca rendah dapat mengetahui kelemahannya dalam membaca cepat dan dapat mengubahnya menjadi kekuatan dalam meningkatkan KEM. Bagi guru agar mengetahui teknik pembelajaran membaca yang sederhana, mudah dan praktis tapi mampu meningkatkan kinerja dan profesionalisme dalam menjalankan tugasnya.

·         Metode Membaca Cepat

Metode membaca (reading method) merupakan tingkat penerapan teori –teori membaca yang ada pada tingkat model membaca penerapan metode membaca dilakukan dengan cara melakukan pemilihan kemahiran khusus yang digunakan untuk membaca. 
Menurut saya metode membaca adalah cara pembaca yang dipilih untuk mencapai tujuan dalam membaca tanpa mengurangi keefektifan dalam membaca itu sendiri.
1.      Metode dasar
Metode dasar merupakan metode yang digunakan untuk pemula. Pembaca pemula adalh pembaca yang baru pertama kali membaca seperti anak SD.  Metode ini dapat dibagi menjadi lima , yaitu:
a.      Metode abjad dan metode bunyi
Metode ini diperuntukan untuk seorang pemula yang baaru mengenal huruf ddengan prosedur huruf dibaca dalam wujud abjad. Metode ini adalah metode yang ppaling yua, karena bnyak digunakan dan sangat diperlukan bagi pembaca pemula yang belum mengerti abjad ataupun bunyi.
Contoh abjad
·         Huruf a,b,c.d dan seterusnya
·         Huruf dobel ng,ny, sy dan seterusnya
Contoh fon ( bunyi huruf)
·         Huruf ny dibaca ny
·         Huruf ng dibaca ng
b.      Metode kupas rangkai suku kata dan metode kata lembaga
Metode kupas rangkai suku kata dan metode kata lembaga merupakan metode membaca yang digunakan atau diperuntukan pembaca pemula dengan prosedur mengurai dan merangkai suku kata yang dibaca.
Suku kata dibaca dengan prosedur, tiap suku kata diurai atau dibaca huruf demi huruf , huruf demi huruf dirangkai atau dibaca menjadi suku kata. Metode ini juga diperuntukan untuk pembaca pemula juga dengan mengurai dan merangkai kata-kata yang ingin di baca.
Contoh:
Bo- la
b-o-l-a
bo-la
c.       metode global
metode global merupakan metode yang digunakan atau diperuntukan unruk pembaca pemula dengan prosedur memperkenalkan bacaan secara utuh( kalimat) membaca bagian demi bagian (unsur) bacaan dan membaca secara utuh kembali.
Penerapan metode ini, adalah:
Membaca kalimat ,misalnya:
Ini bola saya
Ini bola dia
Ini bola adik 
Kemudian kalimat tersebut diuraian dengan melalui suku kata yang ada pada kalimat tersebut.
d.      Metode SAS
Metode struktur analisis sintaksis merupakan permulaan yang terdiri atas tiga tahapan yaitu membaca secara struktual,analisis,dan sintaksis. Dalam penerapannya metode ini dibagi dua yaitu metode SAS tanpa buku dan dengan buku.
Prosedur penerapan metode SAS, yaitu:
Ø  Merekam bahsa siswa
Dengan merekam ppercakapan siswa yang dalam sehari-hari maka siswa lebih mngerti akan bahasa yang digunakan. Itu bisa menjadi bahan untuk membaca supaya siswa lebih familiar dengan bacaan tersebut.
Ø  Menampilkan gambar sambil bercerita
Guru mrnceritakan cerita dengan visualisasi gambar yang ada sehingga siswa lebih paham apa yang dimaksud dari cerita itu. Dengan itu kalimat-kalimat yang bicarakan oleh guru dapat digunakan sebagai bahan untuk melatih membaca.
Ø  Membaca gambar
Mungkin dengan membaca gambar lebih memperlihatkan jalan cerita yang dimaksud da maksud dari bacaan. Siswa diminta melanjutkan cerita dari guru dengan ilustrasi gambar sehingga siswa mampu mengembangkan kalimat-kalimat yang ada dalam otaknya.
Ø  Membaca gambar dengan kartu kalimat
Dengan cerita yang dissampaikan oleh guru, siswa menuliskan kliamt tersebut untuk memperbanyak kosakkata siswa yang ada pada gsmbsr ysng telah ada. Katu kata dihubungkan dengan gambar-gambar yang menurut cerita.
Ø  Membaca secara struktual
Membaca secara struktual adalah membaca bacaan yang berupa kalimat-kalimat secara struktual,yaitu membaca kata demi kata yang menyusun kalimat yang dibacanya.  Membaca ini mempermudah siswa salam mengenal kalimat, karena sedikit sedikit unsur kalimat dapat dibaca dengan baik, sehingga menjadi kalimat yang utuh.
Ø  Membaca secara analisis
Merupakan membaca dengan cara analisis (mengurai) unsur bacaan yang lebih besar, kalimat yang dibaca diurai menjadi beberapa suku kata.
Ø  Membaca sintesis
Membaca sintesis adalah membaca dengan cara mensintesis ( merangkai) unsur pembentuk bacaan yang kecil menjadi lebih besar.
2.      Metode dasar
Metode menengah merupakan metode membaca yang digunakan untuk pembaca yang sudah mahir dalam membaca. Kemahiran pembaca dalam tingkat dasar yaitu paham unsur-unsur dalam membaca , yaitu huruf, suku kata,kalimat dan pragraf.
Berdasarkan visualisasi metode membaca ada empat yaitu:
1.      Metode kata
Metode kata merupakn cara membaca kata demi kata pada sebuah bacaan. Penggunaan metode ini berdasrkan asumsi dari pembaca bahwa setiap kata memiliki makna yang tak bisa dilepaskan dari sebuah bacaan. Dibagi menjadi dua yaitu:
a.       Metode kata secara mekanik
b.      Metode kata secara konseptual
2.      Metode frase
Metode frasa merupakan cara membaca unsur bacaan yang berbentuk frase. Pembaca menggerakan matanya berdasarkan frase demi frase dan memahami atas frase-frase dibacanya. Kemahiran membaca frase dapat ditingkatkan melalui dua cara yaitu secara mekanik dan konseptual.
a.       Metode frase secara mekanik adalah dilihat dari aspek mekanis yaitu gerak mata dan kapsitas melihat sejumlah frase.
b.      Metode frase secara konseptual adalah melibatkan aspek konseptual yaitu pemahaman dan penafsiran makna bacaan. 

3.      Metode kalimat
Metode kalimat merupakan cara membaca dengan menelaah kalimat demi kalimat yang ada didalam bacaan. Metode ini diterapkan dengan asumsi mendapatkan gagasan pokok pada setiap kalimat, dengan metode ini membca lebih efisien dan efektif.
Keuntungan membaca kalimat ada 3 , yaitu:
1.      Sekali pandang mata sudah dapat memandang satu kalimat
2.      Dilihat dri cara kerja mata tidak mudah lelah
3.      Pembaca lebih cepat selsai dibandingkan dengan membaca frase.
4.      Metode paragraf
Membaca paragraf merupakan cara membaca dengan menelaah pragraf demi paragraf. Pembaca tidak lagi memfoluskan pada kaiamt tetapi fokus dengan gagasan poko yang ad pada bacaan. Pembaca mencari lansung ide poko yang ad apda paragraf sehingga lebih cepat memahami isi bacaan yang dibaca. Metode ini paling tinggi tingkatannya dan yang paling kompleks dan rumit. 

Metode lanjutan
Metode lanjutan merupakan cara yang pditerapkan dalam membaca oleh pembca yang sudah menguasai metode menengah untuk meningkatkan dan meningkatkan kemahiran membaca.
Metode lanjuta terbagi 10 metode yang ada didalamnya, yaitu:
1.      Metode S-D4
Metode ini di terapkan dengan menganut prinsip fleksibilitas. Artinya adalah metode ini dilaksanakan dengan melihat situasi bacaan.
Pembahasan metode S-D4
·         Survai
Kegiatan membaca secara sepintas dan mengidentifikasi struktur dan pokok-pokok pikiran utama bacaan. Survai dilakukan dengan cepat.
·         Decide
Proses membaca untuk melakukan  salah satu empat pilihan yaitu:
a.       Skip mengabaikan atau sama sekali tidak membaca
b.      Membaca sepintas
c.       Membaca dengan kecepatan wajar
d.      Mempelajari materi bacaan
2.      Metode P2R
Terdiri atas:
Ø  Preview
Membaca sepintas lalu mengetahui unsur bacaan yang akan dibaca
Ø  Read
Membaca secepat mungkin sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
Ø  Review
Membaca sepintas untuk memastikan tidak ada informasi yang tertinggal.
3.      Metode S2QR
Metode ini digunakan untuk membaca tabel,grafik atau diagram, tahapnya:
Ø  Survai
Membaca sepintas tentang ide pokok yang ada di tabel.
Ø  Seek
Kegiatan pembaca mecari informasi lain baik berada dikolom atau tabel maupun informasi yang ada ditabel.
Ø  Question
Kegiatan pembaca membuat pertanyaan yang bersangkutan dengan tabel.
Ø  Reading
Kegiatan membaca tabel secara seksama dan teliti sehingga di peroleh informasi yang menyeluruh.
4.      Metode GPID
Ø  Goall
Adalah apa yang diharapkan ataupun dimaksud ,tujuan dalam bacaan tersebut.
Ø  Plans
Rencana untuk mencapai tujuan dalam membaca.
Ø  Implementation
Adalah pelaksanaan membaca itu sendiri.
Ø  Deverlopment
Adalah proses evaluasi dan proses mengambil simpulan.
5.      Metode PACER
Ø  Preview
Kegiatan membaca sekilas untuk memperoleh informasi umum dalam bacaan
Ø  Asses
Menaksir merupakan kegiatan membaca untuk menentukan tujuan membaca dan materi bacaan
Ø  Choose
Memilih dengan teknik yang tepat dalam membaca.
Ø  Expedite
Mempercepat membaca untuk mengefektifkan waktu
Ø  Review
Meninjau kembali bahan bacaan , barangkali ada informasi yang tertinggal.
6.      Metode SQ3R
Ø  Survai
Membaca sekilas, bertujaun untuk meninjau dan mengkaji buku.
Ø  Questions
Kegiatan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan bacaan untuk membantu dalm proses membaca.
Ø  Reading
Reading adalah kegiatan membaca  dengan penuh seksama.
Ø  Recite
Menceritakan kembali tentang apa yang didapat setelah membaca dengan kata-kata sendiri.
Ø  Review
Meninjau kembali bagian-bagian yang telah dibaca dan dipahami
7.      Metode PQ3R
Metode PQ3R mempunyai tahap prepare, question, reading, recite,dan review
Perbedaan hanya pada prepare yaitu tahap mula dalam membaca dengan meliaht sekilas terhadpa keseluruan buku.
8.      Metode PQRST
Ada lima tahap yaitu preview, question,summerize,dan tes
Summerize adalah kegiatan pembaca membuat ringkassan informasi yang telah diperoleh.
Tes adalah merupakan kegiatan pembaca untuk menguji seberapa banyak penguasaan informasi yang telah didapat.
9.      Metode SUPER SIX Re
Meliputi enam tahap yaitu:
Reconnoiter, read,recite,record,review,dan reflect
10.  Metode OK5R
Terdiri atas overview,key ideas,read,record,recite,review,dan refleck.
Key ideas adalah ide-ide kunci untuk memisahkan ide-ide utama dari kumpulan ide-ide penjelas. 

·         Teknik Membaca Cepat

Ø  Teknik Scanning
Menurut saya, teknik scanning tidak dapat digunakan untuk semua jenis bacaan, melainkan jenis bacaan tertentu, yang biasanya berupa kamus,tabel, daftar isi , indeks , dll. Bukan berupa novel,cerpen,dan sebagainya.

ð  Tujuan teknik scanning

Dalam kehidupan sehari-hari teknik scanning digunakan, antara lain untuk menemukan topik tertentu, memiih Pengertian teknik scanning
Scanning adalah teknik baca sepintas atau ttknik baca tetap. Scanning merupakan teknik membaca cepat, tetapi teliti, dengan maksud menemukan dan memperoleh informasi tertentu atau fakta khusus dari sebuah bacaan (Harjasujana dan Mulyati 1997 : 65 dan Tarigan 1994 : 31)
-untuk menggunakan teknik scanning pembaca perlu memperhatikan  hal-hal berikut :
1. Pembaca mengetahui kata kunci yang jadi petunjuk, terlebih dahulu.
2. Pembaca mengetahui struktur tulisan
3. Pembaca dapat mencari lewat daftar isi dan atau indeks
4. Pembaca menggerakkan matanya secara sisitematis dan cepat
emba5. Pembaca lebih baik melihat gambar,grafik, ilustrasi yang berhubungan dengan informasi yang dicari, jika ada
acara tv, menemukan kata di kamus, mencari nomor telefon, dan mencari entri pada indeks( Soedarso 2004: 90-96)
Menurut saya, berbeda dengan tknik baca lain yang tujuan utamanya ialah mengetahui isi bacaan, tujuan utama scanning adalah untuk mencari informasi atau fakta dari bacaan, kemudian menggunakanya untuk kegiatan lain.
1.       Menemukan topik
Untuk menemukan topik yang kita inginkan dari suatu bacaan kita tak perlu membaca seluruh buku, melainkan dapat mencari melalui daftar isi dan menemukan bab yang sesuai dengan topik yang di inginkan.
Contoh      : Saya mendapat tugas membuat makalah tentang pencernaan pada hewan. Maka, saya tak perlu membaca seluruh buku paket biologi, melainkan mencari pada daftar isi bab apa yang berhubungan dengan pencernaan pada hewan.
2.      Memilih acara TV
Dalam mencari acara tv yang kita inginkan, kita dapat melihatnya pada surat kabar atau koran yang biasanya memuat acara tv yang akan tayang pada hari itu.
Contoh      : saya ingin menonton acara OVJ,yang saya tahu ada di stasiun tv TRANS 7, maka saya tak perlu membaca seluruh acara tv yang ada di surat kabar. Melainkan melihat daftar acara yang ada di stasiun TRANS 7.
3.      Menemukan kata di kamus
Dalam mencari kata di kamus kita tak perlu mencari dari halaman awal sampai kata yang kita tuju.kita dapat menemukanya dengan mencari huruf awal kata yang kita cari.Dimana kamus yang baik seharusnya sudah tersusun secara sistematis dan sesuai dengan urutan abjad.
Contoh      : saya ingin mencari arti dari kata “LOVE” maka saya hanya perlu mencari kata yang dimulai dari abjad L, pada kamus.
4.      Mencari nomor telefon
Untuk mencari nomor telefon, kita dapat melihatnya pada buku telefon.Akan tetapi dalam mecari kita tidak perlu mencarinya satu persatu dari awal.Kita harus mencari sesuai dengan sisitematika buku telefon yang kita susun.
5.      Mencari entri pada indeks
Langkah-langkah mencari pada indeks:
1.      Menetukan istilah atau kata yang kita cari
2.      Membuka halaman indeks
3.      Mencari kata tersebut pada halaman indeks, dengan gerakan mata yang sistematis dan cepat.

Ø  Pengertian Teknik Skimming

Skimming adalah tenik membaca dengan menjelajahi atau menyapu bacaan dengan cepat untuk memahami atau menemukan intisari, hal-hal yang penting, yaitu ide-ide pokok yang biasanya terdapat di awal kalimat, namun terkadang juga terdapat di tengah, di akhir, atau di tengah dan di akhir. Menurut beberapa ahli, istilah lain skimming adalah baca layap (Harjasujana dan Mulyati 1997:64), sekilas (Tarigan 1994:30), selintas (Widyamarta 2004:44) dan teknik membaca efesien (Soedorso 2004:88)

Gerak Mata

Gerak mata dalam skimming cepat dan bentuk tinggi, secara vertikal. Namun kecepatannya tidak sama, bergantung tingkat kepentingan materi dan tujuan membaca. Pada saat melihat bagian yang penting gerak mata diperlambat untuk memahami bagian penting tersebut, kemudian mata bergerak cepat yang tinggi lagi.Ilustrasi gerak mata bagi pemula misalnya, membaca cepat pada bagian awal yang mengandung ide pokok, kemudian melompat (skipping) dan memperlambat bahkan boleh berhenti pada bagian yang penting.Bagian penting bisa dikenali dengan tanda tertentu, misalnya dimiringkan, dicetak tebal, dsb.

Tujuan Teknik Skimming

Ø  Mengenal Topik Bacaan
Yaitu menganal judul buku atau artikel, judul-judul bab, dan subbab. Misalnya untuk mecari buku yang hendak dibeli di toko buku dengan membaca judul-judulnya saja, jika diinginkan bisa membaca subbab-subbabnya yang terdapat pada daftar isi, mencari buku di perpustakaan denag menggunakan membaca katalog secara cepat, mencari informasi tertentu di koran dengan cukup membaca judulnya saja, dsb.
Ø  Mengetahui Opini
Opini berarti pendapat, pemikiran atau pendirian, yang umumnya terdapat di awal paragraf (dedukif), atau di akhir paragraf (induktif), atau di awal dan di akhir (deduktif-induktif). Jadi cara efektif dan efesien, pembaca bisa langsung berselancar ke bagian-bagian yang mengandung opini itu saja.
Ø  Mengetahui Bagian Penting
Pembaca membaca sekilas dari atas sampai bawah kemudian langsung berselancar ke bagian penting tertentu yang di tuju, misalnya jumlah korban limpur lapindo, jika dalam buku bisa dihat dalam indeksnya.
Ø  Mengetahui Organisasi Tulisan
Mengetahui organisasi berarti struktur tulisan yang membentuk kesatuan topik yang umumnya tersusun atas pendahuluan di bagian awal yang berisi pengantar, latarbelakang, alasan, tujuan dan masalah yang dibahas, isi di tengah yang berisi pembahasan dan solusinya dan bagian penutup di bagian akhir yang berisi sran dan simpulan.
Ø  Penyegaran
Penyegaran dilakukan dengan mereview ke bagian penting setelah membaca secara keseluruhan, tujuannya untuk memperkuat ingatan informasi yang telah diperoleh.
Ø  Memperoleh Kesan Umum
Memperoleh kesan umum baik dari bacaan fiksi atau non fiksi.Dalam bacaan fiksi bisa dengan jalan melakukan pandangan pada bagian tertentu yang sesuai minat, misalnya dari alur ceritanya.Kesan umum nonfiksi bisa diperoleh dari buku-buku sejarah, ilmu pengetahuan, dsb dengan membaca cepat pada halaman judul, kata pengantar, daftar isi, dan indeks.


Jenis Teknik Skimming

Ø  Skipping
Skipping berarti meloncat-loncat ke bagian yang penting, pokok, yang dicari atau dibutuhkan pada bagian selanjutnya, bagian yang tidak penting bisa dilewati atau dihiraukan aja. Ayunan mata pun bisa tidak berirama, artinya langsung menuju ke bagian penting yang di tuju saja.
Ø  Sampling
Teknik sampling digunakan untuk memperoleh gambaran umum dari bacaan yang bisa didapatkan dengan membaca bagian tertentu yang dianggap mewakili keseluruhan bacaan, yaitu kalimat inti yang biasanya terletak pada kalimat pertama sebuah paragraf.
Ø  Locating
Merupakan teknik membaca vertikal,yaitu pandangan mata bergerak dari bagian atas ke bawah secara cepat. Mata pembaca diharuskan bisa bergerak secar zig zag.
Ø  Previewing
Merupakan gabungan teknik sampling dan locating, menggunakan teknik sampling untuk memusatkan perhatian pada kalimat pertama setiap paragraf dan memanfaatkan teknik locating dari sisi daya melihat sekeliling.Dengan demikian, pembaca selain bisa mendapatkan ide pokok dari teknik sampling, juga dapat memperoleh hal-hal lain yang mendukung ide pokok karena melihat secara sekeliling dengan teknik locating.





2 comments: