NAMA :
Dwi Putra W.S.AP
NIM :
2101411102/04
MAKUL :
SINTAKSIS
FRASE
A. Pengertian Frase :
Ø Frase adalah satuan linguistik yang
secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih, yang tidak mempunyai
ciri-ciri klausa (Cook, 1971: 91 ; Elson and Pickett, 1969: 73) atau tidak
melampaui batas subjek atau predikat (Ramlan, 1976: 50); dengan kata lain:
sifatnya tidak predikatif.
Ø Venhaar (2001) menjelaskan bahwa
frase adalah kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang
lebih panjang.
Ø Kentjono (1990) mendefinisikan frase
sebagai satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih dari dua kata
yang tidak berciri klausa dan yang pada umumnya menjadi pembentuk klausa.
Ø Keraf (1991) menyatakan bahwa frase merupakan
suatu konstruksi yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk suatu
kesatuan.
Ø Kridalaksana (1993) menegaskan bahwa
frase merupakan gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif;
gabungan ini dapat rapat, dapat renggang.
Ø Parera (1994) yang memberi batasan
frase sebagai suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih,
baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat maupun tidak.
Ø Chaer (1998) menyatakan bahwa frase
merupakan gabungan dua kata atau lebih yang merupakan satu kesatuan dan menjadi
salah satu unsur atau fungsi kalimat (subjek, predikat, objek, atau
keterangan).
Ø Pengertian Frase dalam bahasa
Indonesia
Frase adalah satuan sintaksis yang satu tingkat berada dibawah klausa dan satu tingkat berada di atas satuan kata. Frase itu pasti terdiri lebih dari sebuah kata.
Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Istilah frase. Pembentukannya harus berupa morfem bebas, bukan berupa morfem terikat. Seperti contoh: konstruksi belum makan dan tanah tinggi adalah frase sedangkan konstruksi tata boga dan interlokal bukan frase, karena boga dan inter adalah morfem terikat. Yang dimaksud frase adalah konstruksi nonprediktif yaitu hubungan antara kedua unsure yang membentuk frase itu tidak berstruktur subjek- predikat atau berstruktur predikat-objek. Dan untuk itu frase juga bisa didefinisikan konstituen pengisi-pengisi sintaksis.
Frase adalah satuan sintaksis yang satu tingkat berada dibawah klausa dan satu tingkat berada di atas satuan kata. Frase itu pasti terdiri lebih dari sebuah kata.
Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Istilah frase. Pembentukannya harus berupa morfem bebas, bukan berupa morfem terikat. Seperti contoh: konstruksi belum makan dan tanah tinggi adalah frase sedangkan konstruksi tata boga dan interlokal bukan frase, karena boga dan inter adalah morfem terikat. Yang dimaksud frase adalah konstruksi nonprediktif yaitu hubungan antara kedua unsure yang membentuk frase itu tidak berstruktur subjek- predikat atau berstruktur predikat-objek. Dan untuk itu frase juga bisa didefinisikan konstituen pengisi-pengisi sintaksis.
Contoh perbedaan frase dengan kata:
Jenis S P O K
Frase
Kata Nenek saya
Nenek sedang membaca
membaca buku humor
komik di kamar tidur
kemarin
Karena frase itu mengisi salah satu fungsi sintaksis maka salah satu unsur frase itu tidak bisa dipindahkan “sendirian” melainkan harus dipindahkan secara keseluruhan sebagai satu kesatuan.
Di dunia pendidikan formal Frase juga terkadang susah di bedakan dengan kata majemuk, sehingga dapat dibedakan karena frase tidak memiliki makna baru, melainkan makna sintaktik atau makna gramatikal, sedangkan kata majemuk komposisi yang memiliki makna baru atau memiliki satu makna.
Contoh:
Jenis S P O K
Frase
Kata Nenek saya
Nenek sedang membaca
membaca buku humor
komik di kamar tidur
kemarin
Karena frase itu mengisi salah satu fungsi sintaksis maka salah satu unsur frase itu tidak bisa dipindahkan “sendirian” melainkan harus dipindahkan secara keseluruhan sebagai satu kesatuan.
Di dunia pendidikan formal Frase juga terkadang susah di bedakan dengan kata majemuk, sehingga dapat dibedakan karena frase tidak memiliki makna baru, melainkan makna sintaktik atau makna gramatikal, sedangkan kata majemuk komposisi yang memiliki makna baru atau memiliki satu makna.
Contoh:
bentuk meja hijau yang berarti ‘pengadilan’
adalah kata majemuk, sedangkan meja saya yang berarti ‘saya punya meja’ adalah
sebuah frase.
Disamping itu perbedaan kata majemuk dengan frase juga bisa dilihat dari konsep linguis struktural yang mengatakan bahwa kedua komponen kata majemuk tidak bisa disela dengan unsure lain, sedangkan komponen frase dapat disela dengan unsur lain.
Disamping itu perbedaan kata majemuk dengan frase juga bisa dilihat dari konsep linguis struktural yang mengatakan bahwa kedua komponen kata majemuk tidak bisa disela dengan unsure lain, sedangkan komponen frase dapat disela dengan unsur lain.
Contoh:
- Kata majemuk: bentuk mata sapi
yang berarti ‘telur goreng tanpa dihancurkan’ karena tidak bisa disela dengan
kata lain.
- Frase: mata guru yang berarti ‘mata kepunyaan guru’ karena dapat disela, misalnya menjadi matanya guru. (Abdul Chaer, 1994: 222)
- Frase: mata guru yang berarti ‘mata kepunyaan guru’ karena dapat disela, misalnya menjadi matanya guru. (Abdul Chaer, 1994: 222)
B. Ciri-Ciri
Frase
Sesuai dengan definisi-definisi yang
dikemukakan para ahli, maka dapat mengidentifikasi frasa sebagai suatu satuan
atau konstruksi yang berciri: (i) terdiri atas dua kata atau lebih yang
berhubungan dan membentuk suatu kesatuan, (ii) tidak bersifat predikatif, (iii)
tidak berciri klausa, (iv) merupakan unsur pembentuk klausa, dan (v) menempati
salah satu unsur atau fungsi dalam kalimat.
Selain itu, ciri atau kriteria lain
yang dapat dipakai untuk menandai frasa yakni dengan menggunakan kriteria unsur
suprasegmental berupa intonasi. Unsur suprasegmental yang dipakai adalah jeda.
Frasa memiliki dua sifat yaitu :
a) Frasa merupakan satuan gramatik yang
terdiri dari dua kata atau lebih.
b) Frasa merupakan satuan yang tidak melebihi
batas fungsi unsur klausa. Maksudnya frasa itu selalu terdapat dalam satu
fungsi unsur klausa, yaitu S, P, O, PEL, atau KET.
Ciri frasa ada tiga yaitu:
a) Tidak mempunyai predikat
(nonpredikatif).
b) Proses pemaknaannya berbeda dengan
idiom.
c) Susunan katanya berpola tetap.
C.
Jenis-Jenis Frase
v Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang
mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase endosentrik dapat
dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
1.
Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur
yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan
kata penghubung.
Misalnya:
kakek-nenek
pembinaan dan pengembangan
laki
bini
belajar atau bekerja
2.
Frase endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari
unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin
dihubungkan.
Misalnya:
perjalanan panjang
hari libur
Perjalanan, hari merupakan unsur
pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frase dan
secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan
atributif.
3.
Frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/
keterangan tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh,
sangat pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh
secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan
unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan
unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat,
sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).
v Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang
tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong
royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai
distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari
jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. kelas
v Frase
Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan.
1.
Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.
Misalnya:
baju baru, rumah sakit
2.
Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata
verbal.
Misalnya:
akan berlayar
3.
Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Misalnya:
dua butir telur, sepuluh keping
4.
Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata
keterangan.
Misalnya:
tadi pagi, besok sore
5.
Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh
kata
atau frase sebagai aksinnya.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa
v Frase Ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna
yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti
itu disebut ambigu.
Misalnya: Perusahaan pakaian milik
perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau
melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frase perancang busana wanita dapat
menimbulkan pengertian ganda:
1.
Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
2.
Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.
No comments:
Post a Comment