11/02/2015

Wacana "Kohesi dan Koherensi" dalam analisis koran



Senin, 11 April 2011
Pengertian Koherensi
Koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dihubungkannya. Ada beberapa penanda koherensi yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya penambahan (aditif), rentetan (seri), keseluruhan ke sebagian, kelas ke anggota, penekanan, perbandingan (komparasi), pertentangan (kontras), hasil (simpulan), contoh (misal), kesejajaran (paralel), tempat (lokasi), dan waktu (kala).
(1) Penambahan (aditif), penanda koherensi yang bersifat aditif atau berupa penambahan antara lain: dan, juga, selanjutnya, lagi pula, serta.
(2) Rentetan (seri), penanda koherensi yang berupa rentetan atau seria ialah pertama, kedua, …, berikut, kemudian, selanjutnya, akhirnya.
(3) Keseluruhan ke sebagian, yaitu pembicaraan atau tulisan yang dimulai dari keseluruhan, baru kemudian beralih atau memperkenalkan bagian-bagiannya.
(4) Kelas ke anggota, yang dimaksud penanda koherensi ini ialah dengan menyebutkan bagian yang umum menuju ke bagian-bagian lebih khusus.
(5) Penekanan, yang dimaksud penenda koherensi ini ialah kata atau frasa yang memberikan penekanan terhadap kalimat sebelumnya ataupun kalimat sesudahnya.
(6) Perbandingan (komparasi), penanda koherensi ini ialah sama halnya, hal serupa, hal yang sama, seperti, tidak seperti, dll.
(7) Pertentangan (kontras), penanda koherensi ini dapat berupa tetapi, tapi, meskipun, sebaliknya, namun, walaupun, dan namun demikian.
(8) Hasil (simpulan), yag dimaksud penanda koherensi ini ialah kata atau frasa yang mengacu pada simpulan.
(9) Contoh (misal), penanda koherensi ini dapat berupa antara lain: umpamanya, misalnya, contohnya.
(10) Kesejajaran (paralel)
(11) Tempat (lokasi), penanda koherensi ini antara lain: di sini, di situ, di rumah, dll.
(12) Waktu (kala), penanda koherensi ini antara lain: mula-mula, sementara itu, tidak lama kemudian, ketika itu.
C. Penanda Kohesi dan Koherensi pada Iklan Layanan Masyarakat PT. Telkom Indonesia di Koran Jawa Pos Edisi 2 Juni 2007
No
Penanda
Kalimat/ klausa/ frasa yang menunjukkan
Kohesi
Koherensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Pronomina
Pronomina
Pronomina
Pronomina
Pronomina
Konjungsi (koordinatif)
Konjungsi (koordinatif)
Konjungsi
(adversatif)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Aditif
Aditif
Penekanan
Pertentangan
Hasil/ simpulan
Lokasi
Lokasi
Kala (waktu)
Kami memahami bahwa bangkitnya sebuah bangsa besar dimulai dengan membuka …
… dimulai dengan membuka wawasan generasi penerusnya.
Oleh karenanya, kami berkomitmen turut serta …
Semuanya kami lakukan agar generasi Indonesia baru tampil gemilang di masa depan.
Hari Pendidikan dan Hari Kebangkitan Nasional telah berlalu, namun semangatnya terus menyala.
… dengan menyediakan unit komputer beserta koneksi internet di berbagai sekolah …
Hari Pendidikan dan Hari Kebangkitan Nasional telah berlalu, namun semangatnya terus menyala.
Hari Pendidikan dan Hari Kebangkitan Nasional telah berlalu, namun semangatnya terus menyala.
… dengan menyediakan unit komputer beserta koneksi internet di berbagai sekolah …
Hari Pendidikan dan Hari Kebangkitan Nasional telah berlalu, namun semangatnya terus menyala.
Kami memahami bahwa bangkitnya sebuah bangsa besar dimulai dengan membuka wawasan generasi penerusnya. Oleh karenanya, kami berkomitmen turut serta mencerdaskan anak Indonesia dengan menyediakan unit komputer beserta koneksi internet di berbagai sekolah di seluruh pelosok negeri.
Hari Pendidikan dan Hari Kebangkitan Nasional telah berlalu, namun semangatnya terus menyala.
Kami memahami bahwa bangkitnya sebuah bangsa besar dimulai dengan membuka wawasan generasi penerusnya. Oleh karenanya, kami berkomitmen turut serta mencerdaskan anak Indonesia dengan menyediakan unit komputer beserta koneksi internet di berbagai sekolah di seluruh pelosok negeri.
… menyediakan unit komputer beserta koneksi internet di berbagai sekolah di seluruh pelosok negeri.
… menyediakan unit komputer beserta koneksi internet di berbagai sekolah di seluruh pelosok negeri.
Semuanya kami lakukan agar generasi Indonesia baru tampil gemilang di masa depan.
Pada contoh kalimat (1), (3), dan (4) menggunakan kata ‘kami’ yang termasuk dalam persona pertama jamak. Persona ini dimaksudkan sebagai kata ganti si pencetus iklan layanan masyarakat tersebut, yaitu PT. Telkom. Sedangkan pada kalimat (2) dan (5) menggunakan kata ‘-nya’ yang merupakan persona ketiga tunggal. Pada kalimat ke-(2), ‘-nya’ yang dimaksudkan sebagai kata ganti bangsa. Berbeda dengan makna pronomina ‘nya’ sebelumnya, pada kalimat (5) pronomina ‘nya’ mengandung arti sebagai kata ganti benda yaitu Hari Pendidikan dan Hari Kebangkitan Nasional.
Kalimat ke-(6) pada kata ‘beserta’ termasuk konjungsi yang menghubungkan kata dengan kata. Dikatakan konjungsi atau kata penghubung koordinatif, sebab kata ‘beserta’ mengandung makna ekuivalen dengan ‘dan’, yaitu menyatakan hal masih berkelanjutan (belum berakhir). Kalimat ke-(7) juga termasuk konjungsi koornitaif, sebab memakai kata ‘dan’, yang juga bermakna bahwa masih ada kelanjutannya. Sedangkan pada kalimat (8) termasuk konjungsi adversatif melalui kata ‘namun’, yang bermakna pertentangan.
Pada penelitian ini ada dua penanda aditif atau penambahan, yaitu dan dan beserta, hal tersebut tampak pada kalimat (9) dan (10). Penanda aditif pada kalimat (10) memakai kata ‘dan’ yang menghubungkan frasa Hari Pendidikan dengan Hari Kebangkitan Bangsa. Sedangkan pada kalimat (9), penanda aditif menghubungkan frasa unit komputer dengan koneksi internet. Penanda aditif atau penambahan merupakan penanda yang menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, dan frasa dengan frasa. Kalimat yang dibentuk dengan penambahan ini disebut kalimat majemuk setara.
Penekanan ialah kata atau frasa yang memberikan penekanan terhadap kalimat sebelumnya ataupun kalimat sesudahnya. Penekanan dalam penelitian ini terdapat pada kalimat (11) melalui penanda ‘oleh karenanya’. Penanda tersebut memberikan penekanan pada kalimat sesudahnya. Makna yang muncul akibat penanda tersebut ialah terjadi penegasan pada kalimat kedua atas pernyataan yang dikemukakan pada kalimat pertama (kalimat kedua merupakan tindak lanjut dari pernyataan kalimat pertama).
Pertentangan atau kontras terdapat pada kalimat (12) melalui penanda ‘namun’. Kata ‘namun’ ini menimbulkan pertentangan atas pernyataan frase pertama, yang mengandung makna walaupun …, namun …
Penanda koherensi hasil atau simpulan ialah kata atau frase yang mengacu pada simpulan. Pada kalimat (13) menampakkan unsur tersebut melalui penanda ‘oleh karenanya’. Melalui penanda tersebut, muncul hasil atau simpulan dalam paragraf pada data ke-(13), sehingga paragraf dapat segera diakhiri dengan menampilkan usaha tindak lanjut yang berupa hasil atau simpulan.
Pada penelitian ini terdapat satu penanda koherensi lokasi atau tempat yaitu ‘di’. Hal tersebut tampak pada kalimat (14) dan (15). Kata ‘di’ pada kedua kalimat tersebut menjelaskan kata selajutnya di belakang kata ‘di’ yang bermakna menunjukkan suatu letak, tempat, atau lokasi.
Sedangkan penanda koherensi kala (waktu) tampak pada kalimat (16) melalui pemakaian kata ‘di masa depan’.
D. Analisis Wacana Gambar Iklan Layanan Masyarakat PT. Telkom Indonesia di Koran Jawa Pos Edisi 2 Juni 2007
Pada penelitian ini, peneliti mencoba menganalisis maksud wacana gambar yang muncul setelah mengamati iklan layanan masyarakat PT. Telkom di koran Jawa Pos. Gambar yang disajikan pada iklan tersebut ialah berupa gambar tiga pelajar Sekolah Dasar (SD), satu perempuan dan dua laki-laki berseragam putih-merah lengkap berdasi. Ketiga anak tersebut terlihat asyik di depan komputer dengan mimik wajah yang tampak gembira. Salah satu siswa laki-laki yang duduk di depan komputer tertawa riang sambil tangan kirinya menunjuk ke arah layar komputer. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa perhatian ketiga siswa tersebut tertuju pada apa yang tampak di layar komputer.
Unit komputer tersambung dengan pesawat telepon. Karena iklan layanan masyarakat ini dibuat oleh PT. Telkom yang berada pada bidang pertelekomunikasian serta saat ini sedang memasarkan produk barunya berupa koneksi internet, maka dapat disimpulkan bahwa pesawat telepon yang diletakkan di atas meja di samping unit komputer, merupakan perangkat koneksi internet. Saat ini, PT. Telkom telah meluncurkan produk baru berinternet dengan cara yang mudah dan cepat, yaitu cukup menyatukan kabel jaringan telepon pada unit komputer. Sehingga saat berada di rumah, atau di pelosok negeri di mana di tempat tersebut telah terpasang jaringan telepon, maka kegiatan berinternet mencari informasi yang lebih luas dengan cara yang mudah dapat dilakukan.
Setting tempat yang disajikan dalam iklan layanan masyarakat PT. Telkom di koran Jawa Pos ini berupa hutan heterogen yang ditumbuhi beragam flora. Ketiga siswa asyik mengoperasikan komputer meskipun mereka berada di tempat terpencil (dicontohkan dalam gambar berupa hutan). Hal tersebut merupakan komitmen PT. Telkom guna memperingati Hari Pendidikan dan Hari Kebangkitan Bangsa, bahwa akan turut serta mencerdaskan bangsa melalui penyediaan unit komputer beserta koneksi internet di berbagai sekolah di seluruh pelosok negeri. Sehingga nantinya, di pelosok negeri sekalipun fasilitas internet dapat dinikmati
Di hutan, tampak dua jenis dinosaurus raksasa yang berjalan bebas. Mengisyaratkan bahwa informasi langka sekalipun dapat diperoleh melalui internet. Dinosaurus berada berdekatan dengan siswa-siswa, menunjukkan bahwa dengan internet informasi atau petunjuk yang berasal dari masa lalu, di tempat yang jauh sekalipun, tidak akan terasa jauh dan bukan menjadi jarak bagi masyarakat untuk menikmati layanan internet. Melalui internet, jauh akan terasa dekat, serta hal yang tidak mungkin akan terasa mungkin. Maka, kita dituntut agar mampu memanfaatkan fasilitas internet untuk mendapatkan informasi yang positif, bukan merugikan masyarakat melalui informasi negatif dari internet. Sehingga kegiatan belajar mempelajari isi dunia terasa menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Jawa Pos. 2007. Iklan PT. Telkom Indonesia pada rubrik Ekonomi Bisnis. 2 Juni 2007. Halaman 7.
Kusuma, Dwi. 2003. Kohesi dan Koherensi Iklan Layanan Masyarakat dalam Tabloid Bintang Indonesia Edisi Desember 2002 – Februari 2003. skripsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Rani, Abdul, dkk. 2006. Analisi Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing.
Sobur, Alex. 2003. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Rosda Karya.

Wacana
04 September 2014
Guru Bermodal Peluit
  • Oleh Husnun N Djuraid
HARIAN ini memuat berita yang mengejutkan, yakni seorang guru olahraga di Pemalang mengamuk, merusak kantor desa dan melukai beberapa orang (SM, 20/8/14). Guru tersebut marah karena mendapat hukuman dari kepala sekolah, tidak diberi jam mengajar karena pelanggaran yang dilakukan, absen tidak mengajar selama satu semester.
Hukuman itu bukan menyadarkan melainkan justru emosi hendak menghajar atasannya tersebut. Merasa terancam, kepala sekolah itu bersembunyi di balai desa tapi tetap ketahuan anak buah yang tengah mencarinya. Saya yakin, setelah kejadian itu guru tersebut menyesal karena sudah melakukan tindak kriminal yang jauh dari sikap pendidik yang seharusnya menjadi anutan bagi anak didiknya dan juga masyarakat.
Apalagi kasus tersebut diberitakan media sehingga menjadikan namanya ’’terkenal’’ sebagai pelaku kekerasan. Siapa pun yang mengedepankan  moral, hukuman masyarakat jauh lebih berat dibanding hukuman badan harus mendekam di tahanan. Bukan hanya dia, rekan-rekan sejawatnya pasti menyesal karena tindakan tersebut mencoreng muka para guru, khususnya guru olahraga. Padahal dalam olahraga terdapat  nilai-nilai luhur kemanusiaan seperti kejujuran, disiplin, taat aturan, menghargai orang lain, kompetisi yang fair dan kerja keras. Nilai-nilai inilah yang harus ditanamkan kepada para siswa melalui pelajaran olahraga, tapi sebelum disampaikan kepada para siswa, guru harus menjadi teladan, karena pendidikan yang baik melalui contoh.
Bagaimana orang yang oleh Iwan Fals digambarkan sebagai Oemar Bakri bisa  mengajarkan disiplin kepada siswanya kalau dia sendiri kerap terlambat mengajar, bahkan meninggalkan tugasnya.  Kalau pendidikan olahraga dilaksanakan dengan baik, bisa menjadi bagian penting dari pendidikan karakter yang kini digalakkan dalam dunia pendidikan. Sayang, olahraga tidak bisa memberikan kontribusi yang diharapkan, bukan karena kandungan nilai-nilai yang terkandung dalam olah raga, tapi karena para praktisinya yang mengabaikan nilai tersebut. 
Tidak perlu disesali karena kondisinya seperti itu, guru olahraga kerap dicibir, bahkan oleh rekan sendiri. Saya bisa merasakan betapa sakitnya ketika rekan sesama guru mengatakan, modal guru olahraga hanya peluit, anak didik disuruh lari dan bermain, sementara guru berteduh di bawah pohon.
Suasana pelajaran olahraga akan berbeda kalau guru ikut jogging bersama muridnya, memberi contoh lay up dalam basket, memberi contoh renang gaya dada, contoh dribbling dalam sepakbola, bagaimana posisi tangan saat smes dalam voli atau start yang baik dan benar dalam lari sprint. Selain bisa ditiru anak didik, contoh-contoh tersebut bisa menambah kewibawaan para guru di hadapan anak didiknya.
Sekaligus Motivator
Tindak kekerasan guru tersebut seakan-akan membenarkan anggapan internal tentang sikap guru olahraga yang seenaknya sendiri, tidak patuh aturan, usai mengajar langsung pergi. Jam pelajaran olahraga, terutama praktik biasanya berakhir sekitar pukul 10.00, setelah itu tidak ada kegiatan lagi maka banyak guru olahraga meninggalkan sekolah. Padahal, waktu tersebut bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas, misalnya membaca atau menulis. 
Dalam Kurikulum 2013, waktu pelajaran olahraga ditambah menjadi 3 jam dari sebelumnya hanya 2 jam, ada 1 jam yang bisa digunakan untuk pelajaran di kelas. Kesempatan inilah yang harus dimanfaatkan untuk menanamkan nilai-nilai olahraga dan kesehatan kepada anak didik mengingat era sekarang guru bukan hanya pengajar melainkan juga motivator bagi anak didik. Untuk bisa menjadi pendidik yang baik sekaligus motivator, bekal yang diperoleh saat kuliah tidaklah cukup, harus ditambah pengetahuan baru.
Banyak media yang bisa dimanfaatkan untuk meng-up date pengetahuan, bukan hanya melalui pengetahuan formal, bisa juga melalui usaha mandiri semisal membaca. Penyakit para guru dan kebanyakan masyarakat kita adalah malas membaca, seolah-olah pengetahuan yang diperoleh di bangku sekolah dan kuliah sudah cukup, apalagi dengan modal ”alakadarnya” itu sudah mendapat pekerjaan.
Bahkan  ketika diberlakukan sertifikasi, tidak banyak memberi perubahan pada perilaku guru untuk meningkatkan kualitasnya, padahal mereka dituntut untuk membuat penelitian kemudian menuliskannya dalam sebuah karya ilmiah. Maka tak heran bila sertifikasi guru tidak berhasil meningkatkan profesionalisme guru karena hambatan utama mereka adalah membuat karya tulis. Tak heran saat awal sertifikasi banyak orang menangguk keuntungan dari biro jasa penelitian tindakan kelas (TPK), karena banyak guru yang minta dibuatkan PTK sebagai syarat sertifikasi agar mendapat tunjangan profesi. 
Aksi kekerasan guru olah aga di Pemalang tersebut hendaknya menjadi pemicu kesadaran para pendidik bahwa mereka adalah teladan bagi anak didiknya. Tiap tingkah laku dan ucapan harus dipertimbangan dengan sungguh-sungguh karena akan berdampak luas. Cukup  lah peristiwa itu menjadi yang terakhir, jangan ada lagi guru yang mencoreng profesinya. (10)
— Husnun N Djuraid, dosen Universitas Muhammadiyah Malang, pernah menjadi guru olahraga di STM Pembangunan (kini SMK 7) Semarang

.      KOHERENSI
Ialah pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan,fakta, dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dihubungkan.
  Ø  Macam-macam penanda koherensi antara lain :
      a.       Penambahan (aditif )
Penandaan koherensi yang bersifat aditf atau berupa penambahan antara lain : dan, juga, selanjutnya, lagi pula, serta.
      b.      Rentetan (seri )
Penandaan koherensi yang berupa rentetyan atau seri adalah pertama, kedua,…, berikut, kemudian, selanjutnya, akhirnya.
c.       Keseluruhan ke sebagian
Yaitu pembicaraan atau tulisan yang dimulai dari keseluruhan, baru kemudian beralih atau memperkenalkan bagian-bagiannya.
d.      Kelas ke anggota
Penanda koherensi ialah dengan menyebutkan bagian yang umum menuju ke bagian-bagian lebih khusus.
e.       Penekanan
Frasa yang memberikan penekanan terhadap kalimat sebelumnya ataupun kalimat sesudahnya.
f.       Perbandingan (Komparasi )
Penanda koherensi berupa sama halnya, hal serupa, hal yang sama, seperti.
g.      Pertentangan (Kontras )
Penanda koherensi berupa tetapi, taoi, meskipun, sebaliknya, namun, walaupun, dan namun demikian.
h.      Hasil (Simpulan )
Penanda koherensi ini ialah kata atau frasa yang mengacu pada simpulan.
I.        Contoh (Misal )
Penanda ini berupa umpamanya, misalnya, contohnya.
j.        Kesejajaran (Paralel )
k.      Tempat (Lokasi )
Penanda koherensi ini antara lain : di sini, di sana, di rumah, dll
l.        Waktu (Kala )
Penanda koherensi ini antara lain : mula-mula, sementara itu, tidak lama kemudian, ketika itu.

No comments:

Post a Comment