Senin,
11 April 2011
Koherensi
merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, dan ide menjadi
suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dihubungkannya. Ada
beberapa penanda koherensi yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya
penambahan (aditif), rentetan (seri), keseluruhan ke sebagian, kelas ke
anggota, penekanan, perbandingan (komparasi), pertentangan (kontras), hasil
(simpulan), contoh (misal), kesejajaran (paralel), tempat (lokasi), dan waktu
(kala).
(1) Penambahan (aditif), penanda koherensi yang
bersifat aditif atau berupa penambahan antara lain: dan, juga, selanjutnya,
lagi pula, serta.
(2) Rentetan (seri), penanda koherensi yang berupa
rentetan atau seria ialah pertama, kedua, …, berikut, kemudian, selanjutnya,
akhirnya.
(3) Keseluruhan ke sebagian, yaitu pembicaraan atau
tulisan yang dimulai dari keseluruhan, baru kemudian beralih atau
memperkenalkan bagian-bagiannya.
(4) Kelas ke anggota, yang dimaksud penanda koherensi
ini ialah dengan menyebutkan bagian yang umum menuju ke bagian-bagian lebih
khusus.
(5) Penekanan, yang dimaksud penenda koherensi ini
ialah kata atau frasa yang memberikan penekanan terhadap kalimat sebelumnya
ataupun kalimat sesudahnya.
(6) Perbandingan (komparasi), penanda koherensi ini
ialah sama halnya, hal serupa, hal yang sama, seperti, tidak seperti, dll.
(7) Pertentangan (kontras), penanda koherensi ini
dapat berupa tetapi, tapi, meskipun, sebaliknya, namun, walaupun, dan namun
demikian.
(8) Hasil (simpulan), yag dimaksud penanda koherensi
ini ialah kata atau frasa yang mengacu pada simpulan.
(9) Contoh (misal), penanda koherensi ini dapat berupa
antara lain: umpamanya, misalnya, contohnya.
(10) Kesejajaran (paralel)
(11) Tempat (lokasi), penanda koherensi ini antara
lain: di sini, di situ, di rumah, dll.
(12) Waktu (kala), penanda koherensi ini antara lain:
mula-mula, sementara itu, tidak lama kemudian, ketika itu.
C. Penanda
Kohesi dan Koherensi pada Iklan Layanan Masyarakat PT. Telkom Indonesia di
Koran Jawa Pos Edisi 2 Juni 2007
No
|
Penanda
|
Kalimat/ klausa/ frasa yang
menunjukkan
|
|
Kohesi
|
Koherensi
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
|
Pronomina
Pronomina
Pronomina
Pronomina
Pronomina
Konjungsi (koordinatif)
Konjungsi (koordinatif)
Konjungsi
(adversatif)
-
-
-
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
-
-
-
Aditif
Aditif
Penekanan
Pertentangan
Hasil/ simpulan
Lokasi
Lokasi
Kala (waktu)
|
Kami memahami
bahwa bangkitnya sebuah bangsa besar dimulai dengan membuka …
… dimulai dengan membuka wawasan
generasi penerusnya.
Oleh karenanya, kami
berkomitmen turut serta …
Semuanya kami lakukan agar
generasi Indonesia baru tampil gemilang di masa depan.
Hari Pendidikan dan Hari
Kebangkitan Nasional telah berlalu, namun semangatnya terus menyala.
… dengan menyediakan unit komputer
beserta koneksi internet di berbagai sekolah …
Hari Pendidikan dan Hari
Kebangkitan Nasional telah berlalu, namun semangatnya terus menyala.
Hari Pendidikan dan Hari
Kebangkitan Nasional telah berlalu, namun semangatnya terus menyala.
… dengan menyediakan unit komputer
beserta koneksi internet di berbagai sekolah …
Hari Pendidikan dan Hari
Kebangkitan Nasional telah berlalu, namun semangatnya terus menyala.
Kami memahami bahwa bangkitnya
sebuah bangsa besar dimulai dengan membuka wawasan generasi penerusnya. Oleh
karenanya, kami berkomitmen turut serta mencerdaskan anak Indonesia
dengan menyediakan unit komputer beserta koneksi internet di berbagai sekolah
di seluruh pelosok negeri.
Hari Pendidikan dan Hari
Kebangkitan Nasional telah berlalu, namun semangatnya terus menyala.
Kami memahami bahwa bangkitnya
sebuah bangsa besar dimulai dengan membuka wawasan generasi penerusnya. Oleh
karenanya, kami berkomitmen turut serta mencerdaskan anak Indonesia
dengan menyediakan unit komputer beserta koneksi internet di berbagai sekolah
di seluruh pelosok negeri.
… menyediakan unit komputer
beserta koneksi internet di berbagai sekolah di seluruh pelosok
negeri.
… menyediakan unit komputer
beserta koneksi internet di berbagai sekolah di seluruh pelosok
negeri.
Semuanya kami lakukan agar
generasi Indonesia baru tampil gemilang di masa depan.
|
Pada contoh kalimat (1), (3), dan (4) menggunakan kata
‘kami’ yang termasuk dalam persona pertama jamak. Persona ini dimaksudkan
sebagai kata ganti si pencetus iklan layanan masyarakat tersebut, yaitu PT.
Telkom. Sedangkan pada kalimat (2) dan (5) menggunakan kata ‘-nya’ yang
merupakan persona ketiga tunggal. Pada kalimat ke-(2), ‘-nya’ yang dimaksudkan
sebagai kata ganti bangsa. Berbeda dengan makna pronomina ‘nya’ sebelumnya,
pada kalimat (5) pronomina ‘nya’ mengandung arti sebagai kata ganti benda yaitu
Hari Pendidikan dan Hari Kebangkitan Nasional.
Kalimat ke-(6) pada kata ‘beserta’ termasuk konjungsi
yang menghubungkan kata dengan kata. Dikatakan konjungsi atau kata penghubung
koordinatif, sebab kata ‘beserta’ mengandung makna ekuivalen dengan ‘dan’,
yaitu menyatakan hal masih berkelanjutan (belum berakhir). Kalimat ke-(7) juga
termasuk konjungsi koornitaif, sebab memakai kata ‘dan’, yang juga bermakna
bahwa masih ada kelanjutannya. Sedangkan pada kalimat (8) termasuk konjungsi
adversatif melalui kata ‘namun’, yang bermakna pertentangan.
Pada penelitian ini ada dua penanda
aditif atau penambahan, yaitu dan dan beserta, hal tersebut
tampak pada kalimat (9) dan (10). Penanda aditif pada kalimat (10) memakai kata
‘dan’ yang menghubungkan frasa Hari Pendidikan dengan Hari Kebangkitan Bangsa.
Sedangkan pada kalimat (9), penanda aditif menghubungkan frasa unit komputer
dengan koneksi internet. Penanda aditif atau penambahan merupakan penanda yang
menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, dan frasa dengan frasa.
Kalimat yang dibentuk dengan penambahan ini disebut kalimat majemuk setara.
Penekanan ialah kata atau frasa yang
memberikan penekanan terhadap kalimat sebelumnya ataupun kalimat sesudahnya.
Penekanan dalam penelitian ini terdapat pada kalimat (11) melalui penanda ‘oleh
karenanya’. Penanda tersebut memberikan penekanan pada kalimat sesudahnya.
Makna yang muncul akibat penanda tersebut ialah terjadi penegasan pada kalimat
kedua atas pernyataan yang dikemukakan pada kalimat pertama (kalimat kedua
merupakan tindak lanjut dari pernyataan kalimat pertama).
Pertentangan atau kontras terdapat
pada kalimat (12) melalui penanda ‘namun’. Kata ‘namun’ ini menimbulkan
pertentangan atas pernyataan frase pertama, yang mengandung makna walaupun …,
namun …
Penanda koherensi hasil atau
simpulan ialah kata atau frase yang mengacu pada simpulan. Pada kalimat (13)
menampakkan unsur tersebut melalui penanda ‘oleh karenanya’. Melalui penanda
tersebut, muncul hasil atau simpulan dalam paragraf pada data ke-(13), sehingga
paragraf dapat segera diakhiri dengan menampilkan usaha tindak lanjut yang
berupa hasil atau simpulan.
Pada penelitian ini terdapat satu
penanda koherensi lokasi atau tempat yaitu ‘di’. Hal tersebut tampak pada
kalimat (14) dan (15). Kata ‘di’ pada kedua kalimat tersebut menjelaskan kata selajutnya
di belakang kata ‘di’ yang bermakna menunjukkan suatu letak, tempat, atau
lokasi.
Sedangkan penanda koherensi kala
(waktu) tampak pada kalimat (16) melalui pemakaian kata ‘di masa depan’.
D. Analisis
Wacana Gambar Iklan Layanan Masyarakat PT. Telkom Indonesia di Koran Jawa Pos
Edisi 2 Juni 2007
Pada penelitian ini, peneliti
mencoba menganalisis maksud wacana gambar yang muncul setelah mengamati iklan
layanan masyarakat PT. Telkom di koran Jawa Pos. Gambar yang disajikan pada
iklan tersebut ialah berupa gambar tiga pelajar Sekolah Dasar (SD), satu
perempuan dan dua laki-laki berseragam putih-merah lengkap berdasi. Ketiga anak
tersebut terlihat asyik di depan komputer dengan mimik wajah yang tampak
gembira. Salah satu siswa laki-laki yang duduk di depan komputer tertawa riang
sambil tangan kirinya menunjuk ke arah layar komputer. Hal tersebut
mengisyaratkan bahwa perhatian ketiga siswa tersebut tertuju pada apa yang
tampak di layar komputer.
Unit komputer tersambung dengan pesawat telepon.
Karena iklan layanan masyarakat ini dibuat oleh PT. Telkom yang berada pada
bidang pertelekomunikasian serta saat ini sedang memasarkan produk barunya
berupa koneksi internet, maka dapat disimpulkan bahwa pesawat telepon yang
diletakkan di atas meja di samping unit komputer, merupakan perangkat koneksi
internet. Saat ini, PT. Telkom telah meluncurkan produk baru berinternet dengan
cara yang mudah dan cepat, yaitu cukup menyatukan kabel jaringan telepon pada
unit komputer. Sehingga saat berada di rumah, atau di pelosok negeri di mana di
tempat tersebut telah terpasang jaringan telepon, maka kegiatan berinternet
mencari informasi yang lebih luas dengan cara yang mudah dapat dilakukan.
Setting tempat yang disajikan dalam iklan layanan
masyarakat PT. Telkom di koran Jawa Pos ini berupa hutan heterogen yang
ditumbuhi beragam flora. Ketiga siswa asyik mengoperasikan komputer meskipun
mereka berada di tempat terpencil (dicontohkan dalam gambar berupa hutan). Hal
tersebut merupakan komitmen PT. Telkom guna memperingati Hari Pendidikan dan
Hari Kebangkitan Bangsa, bahwa akan turut serta mencerdaskan bangsa melalui
penyediaan unit komputer beserta koneksi internet di berbagai sekolah di
seluruh pelosok negeri. Sehingga nantinya, di pelosok negeri sekalipun
fasilitas internet dapat dinikmati
Di hutan, tampak dua jenis dinosaurus raksasa yang
berjalan bebas. Mengisyaratkan bahwa informasi langka sekalipun dapat diperoleh
melalui internet. Dinosaurus berada berdekatan dengan siswa-siswa, menunjukkan
bahwa dengan internet informasi atau petunjuk yang berasal dari masa lalu, di
tempat yang jauh sekalipun, tidak akan terasa jauh dan bukan menjadi jarak bagi
masyarakat untuk menikmati layanan internet. Melalui internet, jauh akan terasa
dekat, serta hal yang tidak mungkin akan terasa mungkin. Maka, kita dituntut
agar mampu memanfaatkan fasilitas internet untuk mendapatkan informasi yang
positif, bukan merugikan masyarakat melalui informasi negatif dari internet.
Sehingga kegiatan belajar mempelajari isi dunia terasa menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Jawa Pos. 2007. Iklan PT. Telkom Indonesia pada rubrik
Ekonomi Bisnis. 2 Juni 2007. Halaman 7.
Kusuma, Dwi. 2003. Kohesi dan Koherensi Iklan Layanan
Masyarakat dalam Tabloid Bintang Indonesia Edisi Desember 2002 – Februari 2003.
skripsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Rani, Abdul, dkk. 2006. Analisi Wacana: Sebuah Kajian
Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing.
Sobur, Alex.
2003. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Rosda Karya.
Wacana
04 September 2014
Guru Bermodal Peluit
- Oleh Husnun N Djuraid
HARIAN ini memuat berita yang
mengejutkan, yakni seorang guru olahraga di Pemalang mengamuk, merusak kantor
desa dan melukai beberapa orang (SM, 20/8/14). Guru tersebut marah karena
mendapat hukuman dari kepala sekolah, tidak diberi jam mengajar karena
pelanggaran yang dilakukan, absen tidak mengajar selama satu semester.
Hukuman itu bukan menyadarkan melainkan
justru emosi hendak menghajar atasannya tersebut. Merasa terancam, kepala
sekolah itu bersembunyi di balai desa tapi tetap ketahuan anak buah yang tengah
mencarinya. Saya yakin, setelah kejadian itu guru tersebut menyesal karena
sudah melakukan tindak kriminal yang jauh dari sikap pendidik yang seharusnya
menjadi anutan bagi anak didiknya dan juga masyarakat.
Apalagi kasus tersebut diberitakan
media sehingga menjadikan namanya ’’terkenal’’ sebagai pelaku kekerasan. Siapa
pun yang mengedepankan moral, hukuman masyarakat jauh lebih berat
dibanding hukuman badan harus mendekam di tahanan. Bukan hanya dia, rekan-rekan
sejawatnya pasti menyesal karena tindakan tersebut mencoreng muka para guru,
khususnya guru olahraga. Padahal dalam olahraga terdapat nilai-nilai
luhur kemanusiaan seperti kejujuran, disiplin, taat aturan, menghargai orang
lain, kompetisi yang fair dan kerja keras. Nilai-nilai inilah yang harus
ditanamkan kepada para siswa melalui pelajaran olahraga, tapi sebelum
disampaikan kepada para siswa, guru harus menjadi teladan, karena pendidikan
yang baik melalui contoh.
Bagaimana orang yang oleh Iwan Fals
digambarkan sebagai Oemar Bakri bisa mengajarkan disiplin kepada siswanya
kalau dia sendiri kerap terlambat mengajar, bahkan meninggalkan tugasnya.
Kalau pendidikan olahraga dilaksanakan dengan baik, bisa menjadi bagian penting
dari pendidikan karakter yang kini digalakkan dalam dunia pendidikan. Sayang,
olahraga tidak bisa memberikan kontribusi yang diharapkan, bukan karena
kandungan nilai-nilai yang terkandung dalam olah raga, tapi karena para
praktisinya yang mengabaikan nilai tersebut.
Tidak perlu disesali karena
kondisinya seperti itu, guru olahraga kerap dicibir, bahkan oleh rekan sendiri.
Saya bisa merasakan betapa sakitnya ketika rekan sesama guru mengatakan, modal
guru olahraga hanya peluit, anak didik disuruh lari dan bermain, sementara guru
berteduh di bawah pohon.
Suasana pelajaran olahraga akan
berbeda kalau guru ikut jogging bersama muridnya, memberi contoh lay up dalam
basket, memberi contoh renang gaya dada, contoh dribbling dalam sepakbola,
bagaimana posisi tangan saat smes dalam voli atau start yang baik dan benar
dalam lari sprint. Selain bisa ditiru anak didik, contoh-contoh tersebut bisa
menambah kewibawaan para guru di hadapan anak didiknya.
Sekaligus Motivator
Tindak kekerasan guru tersebut
seakan-akan membenarkan anggapan internal tentang sikap guru olahraga yang
seenaknya sendiri, tidak patuh aturan, usai mengajar langsung pergi. Jam
pelajaran olahraga, terutama praktik biasanya berakhir sekitar pukul 10.00,
setelah itu tidak ada kegiatan lagi maka banyak guru olahraga meninggalkan
sekolah. Padahal, waktu tersebut bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas,
misalnya membaca atau menulis.
Dalam Kurikulum 2013, waktu
pelajaran olahraga ditambah menjadi 3 jam dari sebelumnya hanya 2 jam, ada 1
jam yang bisa digunakan untuk pelajaran di kelas. Kesempatan inilah yang harus
dimanfaatkan untuk menanamkan nilai-nilai olahraga dan kesehatan kepada anak
didik mengingat era sekarang guru bukan hanya pengajar melainkan juga motivator
bagi anak didik. Untuk bisa menjadi pendidik yang baik sekaligus motivator,
bekal yang diperoleh saat kuliah tidaklah cukup, harus ditambah pengetahuan
baru.
Banyak media yang bisa dimanfaatkan
untuk meng-up date pengetahuan, bukan hanya melalui pengetahuan formal, bisa
juga melalui usaha mandiri semisal membaca. Penyakit para guru dan kebanyakan
masyarakat kita adalah malas membaca, seolah-olah pengetahuan yang diperoleh di
bangku sekolah dan kuliah sudah cukup, apalagi dengan modal ”alakadarnya” itu
sudah mendapat pekerjaan.
Bahkan ketika diberlakukan
sertifikasi, tidak banyak memberi perubahan pada perilaku guru untuk
meningkatkan kualitasnya, padahal mereka dituntut untuk membuat penelitian kemudian
menuliskannya dalam sebuah karya ilmiah. Maka tak heran bila sertifikasi guru
tidak berhasil meningkatkan profesionalisme guru karena hambatan utama mereka
adalah membuat karya tulis. Tak heran saat awal sertifikasi banyak orang
menangguk keuntungan dari biro jasa penelitian tindakan kelas (TPK), karena
banyak guru yang minta dibuatkan PTK sebagai syarat sertifikasi agar mendapat
tunjangan profesi.
Aksi kekerasan guru olah aga di
Pemalang tersebut hendaknya menjadi pemicu kesadaran para pendidik bahwa mereka
adalah teladan bagi anak didiknya. Tiap tingkah laku dan ucapan harus
dipertimbangan dengan sungguh-sungguh karena akan berdampak luas. Cukup
lah peristiwa itu menjadi yang terakhir, jangan ada lagi guru yang mencoreng
profesinya. (10)
— Husnun N Djuraid, dosen
Universitas Muhammadiyah Malang, pernah menjadi guru olahraga di STM
Pembangunan (kini SMK 7) Semarang
. KOHERENSI
Ialah pengaturan secara rapi
kenyataan dan gagasan,fakta, dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga
mudah memahami pesan yang dihubungkan.
Ø Macam-macam
penanda koherensi antara lain :
a.
Penambahan (aditif )
Penandaan
koherensi yang bersifat aditf atau berupa penambahan antara lain : dan, juga,
selanjutnya, lagi pula, serta.
b. Rentetan (seri )
Penandaan
koherensi yang berupa rentetyan atau seri adalah pertama, kedua,…, berikut,
kemudian, selanjutnya, akhirnya.
c.
Keseluruhan ke sebagian
Yaitu
pembicaraan atau tulisan yang dimulai dari keseluruhan, baru kemudian beralih
atau memperkenalkan bagian-bagiannya.
d. Kelas ke anggota
Penanda
koherensi ialah dengan menyebutkan bagian
yang umum menuju ke bagian-bagian lebih khusus.
e.
Penekanan
Frasa
yang memberikan penekanan terhadap kalimat sebelumnya ataupun kalimat
sesudahnya.
f.
Perbandingan (Komparasi )
Penanda
koherensi berupa sama halnya, hal serupa, hal yang sama, seperti.
g. Pertentangan (Kontras )
Penanda
koherensi berupa tetapi, taoi, meskipun, sebaliknya, namun, walaupun, dan namun
demikian.
h. Hasil (Simpulan )
Penanda
koherensi ini ialah kata atau frasa yang mengacu pada simpulan.
I.
Contoh (Misal )
Penanda
ini berupa umpamanya, misalnya, contohnya.
j.
Kesejajaran (Paralel )
k. Tempat (Lokasi )
Penanda
koherensi ini antara lain : di sini, di sana, di rumah, dll
l.
Waktu (Kala )
Penanda
koherensi ini antara lain : mula-mula, sementara itu, tidak lama kemudian,
ketika itu.
No comments:
Post a Comment